Tuesday, January 1, 2008

KEMANAKAH LARINYA IMAN ITU?.


Awan mendung dan hawa sejuk di musim hujan mungkin merupakan suasana yang indah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia setelah terlalu sering dibekap oleh hawa panas di siang hari. Musim hujan juga mendatangkan semangat tersendiri bagi para petani untuk menggarap sawah-sawah mereka. Tapi tidak untuk warga yang tinggal di seputar sungai Bengawan Solo. Musim hujan kali ini adalah musim yang memilukan bagi mereka.


Banjir ternyata tidak hanya menjadi monopoli Jakarta. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Banjir telah melupuhkan beberapa kota di Jawa tengah dan Jawa timur. Diantaranya adalah kota Solo yang selama ini dikenal relatif aman dari bahaya Banjir. Celakanya, pemerintah daerah tampak tidak siap mengatasinya. Hal ini tentu saja bisa dimaklumi karena memang selama ini mereka tidak mengalami bencana sebesar ini. Saking parahnya banjir di solo ada rumor yang beredar bahwa dua ekor buaya di taman jurug lepas dari sangkarnya dan berkeliaran di tengah masyarakat. Jika informasi ini benar, maka bukan saja air bah yang mengancam kesehatan mereka tapi juga ancaman maut sedang mengintai tanpa mereka sadari keberadaannya.

Akibat pemanasan global? Mungkin juga. Saat ini sulit menebak kemana arah angin berhembus. Apa alam sudah tidak lagi bersahabat dengan kita? Saya rasa tidak. Kita sendiri yang menciptakan aroma permusuhan itu. aroma permusuhan yang diawali dengan keserakahan dan ketidak acuhan manusia dalam melestarikan alam sekitar kita. Lihat saja sungai bengawan solo yang dulu sangat terkenal hingga ke mancanegara sekarang sudah tidak asik lagi untuk dinikmati keindahannya. Sekarang sungai itu sedang marah.

Allah benar-benar mewujudkan ancamanNya. Saat kemungkaran terjadi di muka bumi dan kita tak pernah mau memberantasnya, maka bencana besar akan menimpa semuanya tanpa pkitang bulu. Tidak hanya pelaku perusakan yang mengalami kerugian tapi orang lain yang tidak terlibat juga turut merasakan akibatnya. Salah bila Kita berkata “Diam itu emas” kala Kita melihat kemungkaran terjadi di sekitar Kita.

Atau jangan-jangan tanpa sadar kita justru terlibat aktif dalam perusakan alam. Misalnya, saat kita hendak membuang sampah. Jangankan memisahkan antara sampah organik dan non organik, membuang sampah di tempat yang benar saja kita tidak mau melakukannya. Sudah diingatkan ribuan bahkan jutaan kali agar tidak membuang limbah atau sampah ke sungai, ternyata hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Katanya beriman. Katanya, “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Nyatanya saat beribadahpun sempat-sempatnya kita meninggalkan sampah di tempat kita berdoa. Lihat saja perilaku kita setelah selesai menunaikan sholat Idul fitri maupun idul adha. Kertas koran yang kita gunakan sebagai alas untuk sholat, kita tinggalkan begitu saja tanpa rasa tanggung jawab sedikitpun. Apa sih susahnya memungut kertas lalu membuangnya ke tempat sampah? Kemanakah larinya iman itu?



0 comments: