Me and daughter

Akrab bersama Silda

2nd Anniversary STUCK

Let's go to #BribikComedy

Tuesday, January 30, 2007

TEMAN SEJATI



Teman sejati bukan hanya sekedar kawan. Mereka tidak hanya teman di saat senang, melainkan juga di saat kita sedang mengalami kesusahan. Mereka mau ikut terjun ke dalam kesulitan kita, untuk mengajak keluar dari kesulitan itu.

---
Hari ini kita akan bercerita tentang seorang pemuda yang sedang berjalan-jalan di sebuah jalan yang gelap. Kemudian, tiba-tiba saja dia jatuh ke bawah selokan. Perlahan-lahan dia harus berteriak mengharapkan pertolongan orang, tetapi tidak ada orang sehingga dia harus menunggu berjam-jam.
---

Pada jam ke lima, dia mendengar ada orang di atasnya dan ia pun berteriak minta tolong. Orang itu kemudian bertanya, "Kamu kenapa?" Pemuda itu pun menjawab, "Saya sedang jalan-jalan tetapi kemudian terjatuh ke dalam lubang yang gelap ini." Pemuda bertanya, "Anda siapa?" "Saya pendeta," jawab orang yang di atas. Tiba-tiba sebuah kertas jatuh ke bawah lubang tersebut dan pendeta ini bilang kepada pemuda tersebut, "Saya buatkan doa untuk kamu. Berdoalah kamu di bawah sana semoga kamu selamat."Sambil berkata demikian pendeta tersebut meninggalkan pemuda yang jatuh ke selokan itu.
---
Pemuda tersebut tentu saja marah. Tetapi dia diam saja dan menunggu lagi untuk beberapa jam. Beberapa saat kemudian, ada orang yang lewat lagi. Pemuda tersebut minta tolong. Orang tersebut bertanya, "Kenapa kamu?" Pemuda itu menjawab, "Saya jatuh dari atas." "Kasihan. Apakah badanmu luka-luka," tanya orang itu kemudian. "Tidak. Saya baik-baik saja. Cuma sedikit luka di tangan dan bahu saya," jawab pemuda itu. Orang ini kemudian melempar secarik kertas seperti yang dilakukan pendeta tersebut sambil berkata, "Saya seorang dokter dan saya telah buatkan resep untuk kamu."
---
Pemuda itu tentu saja sangat marah, tetapi dia diam saja. Beberapa saat kemudian lewat pula seseorang, tetapi pemuda ini sudah hampir putus asa. Tetapi dia tetap minta tolong. Orang yang di atas bertanya, "Kenapa kamu di bawah sana?"Pemuda ini terkejut karena suara ini sudah dikenalnya.Ya, ini adalah suara temannya. "Tolong saya, saya jatuh ke lubang ini." Kemudian, teman baik ini tiba-tiba meloncat dan masuk ke lubang yang sama.
---
Pemuda itu tambah marah karena bagaimana dia bisa menolong kalau dia ikut melompat ke dalam lubang tersebut. Teman ini berkata, "Saya pernah jatuh ke dalam lubang ini dan saya juga pernah masuk ke dalam lubang ini. Maka saya tahu jalan keluar lubang ini. Itulah kenapa saya ikut masuk. Karena saya akan menolong kamu untuk keluar dari lubang ini walaupun susah.
---
Kita kadang sangat butuh seorang teman sejati. Teman yang mau menolong kita pada saat terjatuh atau sedang kesusahan. Pada saat suasana bisnis yang kompetitive dan persaingan yang tajam maka, kita butuh seorang teman yang mau menolong kita. Mereka mau ikut terjun ke dalam kesulitan kita untuk mengajak keluar dari kesulitan tersebut. Kedua, yang perlu kita perhatikan sebetulnya adalah orang yang tahu kesulitan, kelemahan, dan kita mau ke mana.
---
Tidak kalah penting adalah selalu menjalinlah persahabatan dan pertemanan. Karena teman Andalah yang akan menolong bilamana Anda mengalami kesulitan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi kita harus tahu bahwa suatu ketika pasti mendapati kesulitan. Kalau Anda bisa menolong teman, tolonglah dia pada saat ini karena pada saatnya nanti mungkin Anda yang perlu ditolong. Maka kalau kita mau saling menolong, hidup ini akan lebih baik untuk semua orang.
---
Semoga makna persahabatan bisa Anda temukan dalam hidup ini. Amin

Thursday, January 25, 2007

DOSEN DAN KOMENTATOR




Suatu ketika ada seorang kawan lagi yang mengajakku bergabung dalam sebuah MLM untuk menjadi downline-nya. Presentasinya sangat meyakinkan dan tampak hebat. Bisnis ini memang marak di negeri kita. Ada yang berhasil tapi banyak pula yang gagal total lalu “ngambek” gak mau tampil lagi. Yah...begitulah dunia.

Bagiku, asalkan halal, gak masalah. Bisnis MLM selama produknya tidak ‘berbahaya’ bagi makhluk hidup, sistemnya baik dan adil, serta perusahaannya bisa dipercaya mau saja sih bergabung.

Cuma, dalam presentasinya, temanku yang nyleneh ini punya alasan yang gak kalah nyleneh pula.

Dia ikut bergabung menjadi anggota sebuah MLM hanya karena dosen S2-nya yang terkenal kritis dan sangat teliti dalam menganalisis segala sesuatu, sudah bergabung. Dia percaya betul pada pilihan dosen itu seratus persen !!

Saya jadi ingat dalam kehidupan di dunia sepak bola.

Tidak bisa dipungkiri bahwa para komentator kita di televisi begitu luar biasa dalam menganalisis pertandingan yang sedang berlangsung seolah-olah mereka betul-betul jago meramu sebuah tim yang unggul. Komentator sepak bola di Indonesia ini tiba-tiba saja muncul di layar kaca tanpa kita ketahui apa latar belakang mereka. Dengan analisisnya yang mendalam dan (sepertinya) sangat profesional, mereka mampu meyakinkan kita bahwa cara-cara mereka pasti mujarab bila diterapkan dalam pertandingan yang sedang kita saksikan.

Tapi coba kalau mereka disuruh main bola atau menjadi pelatih sepak bola apakah sehebat mulut mereka saat berkomentar?

Jawab sendiri deh....

GOMBALISASI


Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengajakku bergabung dalam sebuah bisnis jaringan yang lebih kita kenal dengan istilah MLM. Dia mengajakku bergabung dalam sebuah bisnis yang dikelola oleh sebuah perusahaan asing. Dulu, aku pernah terjun dalam bisnis ini berkali-kali sebelum jaringanku remuk oleh ulah seseorang. Artinya, dia mengajakku bergabung melihat pengalamanku yang dia anggap cukup untuk bisa diajak bermitra.


Seperti biasa, agar tampak meyakinkan, dia mempresentasikan produk beserta sistemnya dengan sangat baik. Kami berdialog. Sampai suatu saat ia menangkap isi pikiranku tentang nasionalisme. Topik ini tampak sangat mengganggu dirinya mengingat bisnis yang sedang ia tawarkan tidak lahir di Indonesia dan tidak dikelola oleh orang Indonesia. Secara terang-terangan dia menggugat nasionalisme yang menurutnya, tidak relevan dikaitkan dengan sebuah bisnis. Nasionalisme adalah bagaimana kita menciptakan kecintaan kita pada bangsa tanpa harus dibatasi oleh ruang manapun. Ini jaman globalisasi. Definisi “Nasionalis” telah berubah seiring berjalannya waktu.


“Dasar mahasiswa !!” pikirku. Mereka tahunya hanya teori.


Teori kampus menjelaskan tentang globalisasi. “Tidak ada batasan ruang dan waktu untuk berbisnis. Kita bisa berbisnis di negara manapun tanpa hambatan birokrasi. Sebaliknya, negara manapun bisa masuk ke negara kita secara bebas untuk menjalankan bisnisnya tanpa birokrasi yang rumit dan melelahkan”. Sekilas tampak sangat asik dan adil. Tapi kalau dipikir lebih kritis, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki dukungan finansial yang sangat kuat. Sedangkan mayoritas diantara kita adalah orang miskin. Jangankan mikir untuk membuka bisnis di luar negeri, ngurus makan sehari-hari saja susah. Akhirnya, seperti kata Amien Rais, “Kita akan menjadi kuli di negara sendiri”. Contohnya ya temanku tadi.


Cinta produk asing adalah gaya hidup kita bersama entah sejak kapan.
Nasionalisme tidak terbentuk hanya dengan mengajarkan Pancasila dan UUD’45 di sekolah-sekolah. Tidak pula dengan upacara rutin tiap hari senin. Atau dengan penataran P4 di masa lalu yang justru sering dilakukan oleh para penjarah uang rakyat.


Singapura sering mendesak pemerintah kita untuk menjual berton-ton pasir pada mereka dengan harga diskon. Untuk apa..? untuk membuat apartemen-apartemen mewah di Singapura lalu dijual pada orang-orang Indonesia dengan harga selangit dan laku keras. My God….betapa bodohnya kita !!


Penebangan liar di hutan-hutan kita dilakukan oleh anak bangsa dan ‘dilindungi’ oleh aparat serta pihak-pihak terkait. Jadi, jangan heran bila mereka tidak akan pernah tertangkap dan dihukum.
Salah satu hal yang penting untuk memupuk semangat nasionalisme kita seperti melihat tim sepak bola kita berjaya di level internasional, menuai prestasi puncak di ajang Sea Games atau Asian Games tidak pernah benar-benar serius dilakukan. Kita setiap hari ditontoni kekalahan demi kekalahan hampir di setiap ajang olah raga yang diikuti oleh olahragawan kita.


Olahraga adalah cara paling indah untuk memompa semangat nasionalisme anak bangsa karena itulah cara berkomunikasi paling efektif dengan rakyat. Namun sebaliknya, jika yang tersuguh hanya kekalahan demi kekalahan, hasilnya bisa berbeda 180 derajat. Rakyat sudah biasa melihat tim bulutangkis kita berjaya di dunia. Sekarang mereka ingin melihat lebih dari itu.


Ternyata masih banyak diantara kita yang tidak pernah benar-benar mencintai diri dan bangsa kita sendiri.

Sunday, January 21, 2007

POLISI TIDUR


Dulu saat masih menjadi juri Akademi Fantasi Indosiar, almarhum Harry Roesly pernah berkata bahwa Polisi korup itu jumlahnya ada 95%. Nah..5% selebihnya yang terkenal tidak pernah korupsi adalah Polisi tidur.


Terlepas ada yang tersinggung atau tidak dari pernyataan mister Harry Roesly itu, saya tidak hendak membicarakan topik Polisi korup. Saya lebih tertarik membahas Polisi tidur yang aktif “berjaga” 24 jam di lingkungan kita tanpa makan, tanpa minum namun selalu terinjak-injak. Mungkin sebuah gambaran di negeri ini menjadi orang bersih tanpa korupsi itu akan menjadi sasaran untuk diinjak-injak.


Di tempat saya tinggal-mungkin juga terjadi di tempat Anda tinggal, polisi tidur dibangun tiap +10 meter. Dulunya tidak. Gara-gara ada seoran anak SMA ugal-ugalan ngebut di komplek perumahan dan hampir tertabrak oleh mobil pak RT, maka Ketua RT mengambil keputusan untuk mendatangkan Polisi tidur demi keselamatan bersama. Karena kesalahan satu orang, puluhan polisi tidur didatangkan. Kedatangannya lebih cepat dari Unit Reaksi Cepat-nya POLRI.


Singkat cerita, tidak ada lagi yang ugal-ugalan di komplek perumahan.


Tapi ada efek sampingnya. Tidak ada lagi gadis-gadis yang saat malam minggunya diapeli cowok. Karena motor ceper atau pendek tidak bisa lewat. Pedagang Bakso, Mie Ayam, Wedang Ronde serta Martabak tidak ada lagi yang mau masuk komplek.


Bahkan setelah beberapa lama diberlakukannya polisi tidur banyak warga yang merasa tidak nyaman dengan keberadaannya. Dari mulai ban bocor setelah melewati polisi tidur karena motor kelebihan beban, boros bensin karena harus berkali-kali ngerem di jalan yang sama, dan alasan-alasan lain. Padahal sebagian dari mereka adalah orang yang merancang bangun ‘monumen bersejarah’ ini. Kalau yang merancang aja sewot gimana yang lainnya..?


Lalu saya ingat kata-kata Yunior saya di Ikatan Remaja Muhammadiyah yang mengatakan “Jika kita menginginkan sebuah keamanan, maka kita harus merelakan sedikit kenyamanan untuk dikorbankan”.


Betul juga ya…


Kalau menurut saya sih, Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “menyingkirkan duri di jalanan itu sebagian dari iman”. Nah…kalau membuat rintangan di jalanan gimana dong..?

Saturday, January 20, 2007

ANTARA SENDOK DAN TANGAN


Reality Show , Celebrity Big Brother yang ditayangkan Channel 4 dari Inggris belakangan menuai protes di India. Pasalnya, salah satu peserta acara itu, seorang aktris terkenal India, Shilpa Sheety, menjadi sasaran rasisme. Selain itu, aksen bicaranya juga diejek beberapa peserta lain pada acara yang bisa ditonton secara langsung itu hampir 24 jam.

Channel 4 di Inggris setiap tahunnya menayangkan dua kali acara Big Brother ini sejak tahun 2000. Satu untuk orang biasa dan satu lagi untuk para selebritis yang kurang terkenal, alias selebritis kelas C atau kelas D. Nama acara ini diambil dari novel Inggris tahun 1984. Sebuah kisah yang menggambarkan masyarakat totaliter yang dipantau dan selalu diikuti semua gerak geriknya oleh sang pemimpin yang dipanggil Big Brother melalui layar televisi.


Kata koran begitu. Saya sendiri sih belum pernah melihat secara langsung acara ini. Katanya sih, peserta yang diusir paling akhir dari acara ini akan memenangkan uang sejumlah 70.000 pounds atau sekitar satu miliar rupiah! Plus bonus popularitas! Para peserta saling menominasi siapa yang diusir setiap minggunya dan pemirsa juga memiliki hak suara hingga akhirnya hanya satu orang yang tersisa dan menjadi pemenang.


Saya tidak tertarik bercerita tentang acara ini secara lengkap


Ada satu hal yang menarik perhatian saya saat membaca sebuah koran tentang edisi Big Brother yang kontroversial ini. Seorang penyanyi Jo O’Meara mantan kelompok S Club 7 (Grup apaan tuh..?), mengatakan dengan nada mengejek, “Negara mana itu yang penduduknya makan pakai tangan? China? Atau India?”


Saya jadi mengerutkan kening membacanya. Tidak hanya orang India, orang Indonesia juga masih mempertahankan kebiasaan makan menggunakan tangan tanpa sendok dalam keseharian hidup. Mungkin Jo O’meara ini tahu dari beberapa film-film India yang terkenal memiliki ciri khas “India Banget” (Gak seperti Film-film Indonesia). Seandainya saja Jo O’meara tahu orang Indonesia memiliki kebiasaan makan yang serupa dengan India, mungkin nama Indonesia juga masuk dalam daftar negara ejekannya selain masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.


Ingatan saya melambung ke masa lalu semasa kuliah. Pernah suatu ketika dosen Pancasila bercerita bahwa beliau baru saja beradu argumen dengan salah seorang dosen dari Fakultas Ekonomi tentang topik serupa. Dosen dari Fakultas Ekonomi ini lulusan Amerika Serikat yang sedikit banyak terpengaruh dengan budaya barat yang menganggap orang yang makan tanpa menggunakan sendok-garpu merupakan jenis manusia “kurang beradab”, “kuno”, dan lain sebagainya.


Dosen Pancasila lulusan Filsafat UGM ini membantah habis-habisan pendapat itu. Beliau berargumen, “Tangan saya ini hanya masuk di dua mulut saja. Pertama, mulut saya sendiri. Kedua, mulut anak saya yang masih kecil. Selain itu tidak ada!. Sementara sendok yang Anda gunakan di rumah atau di restoran sudah masuk di mulut banyak orang bahkan hingga puluhan atau ratusan orang. Itu yang Anda anggap beradab?”.


Saya pribadi menganggap pendapat dosen Pancasila itu sebagai gaya hidup sederhana dan penuh dengan filosofi kehidupan.-orangnya memang begitu. Walaupun dalam keseharian beliau agak menyebalkan, namun dalam kasus ini saya menaruh respek tinggi padanya.