Saturday, January 20, 2007

ANTARA SENDOK DAN TANGAN


Reality Show , Celebrity Big Brother yang ditayangkan Channel 4 dari Inggris belakangan menuai protes di India. Pasalnya, salah satu peserta acara itu, seorang aktris terkenal India, Shilpa Sheety, menjadi sasaran rasisme. Selain itu, aksen bicaranya juga diejek beberapa peserta lain pada acara yang bisa ditonton secara langsung itu hampir 24 jam.

Channel 4 di Inggris setiap tahunnya menayangkan dua kali acara Big Brother ini sejak tahun 2000. Satu untuk orang biasa dan satu lagi untuk para selebritis yang kurang terkenal, alias selebritis kelas C atau kelas D. Nama acara ini diambil dari novel Inggris tahun 1984. Sebuah kisah yang menggambarkan masyarakat totaliter yang dipantau dan selalu diikuti semua gerak geriknya oleh sang pemimpin yang dipanggil Big Brother melalui layar televisi.


Kata koran begitu. Saya sendiri sih belum pernah melihat secara langsung acara ini. Katanya sih, peserta yang diusir paling akhir dari acara ini akan memenangkan uang sejumlah 70.000 pounds atau sekitar satu miliar rupiah! Plus bonus popularitas! Para peserta saling menominasi siapa yang diusir setiap minggunya dan pemirsa juga memiliki hak suara hingga akhirnya hanya satu orang yang tersisa dan menjadi pemenang.


Saya tidak tertarik bercerita tentang acara ini secara lengkap


Ada satu hal yang menarik perhatian saya saat membaca sebuah koran tentang edisi Big Brother yang kontroversial ini. Seorang penyanyi Jo O’Meara mantan kelompok S Club 7 (Grup apaan tuh..?), mengatakan dengan nada mengejek, “Negara mana itu yang penduduknya makan pakai tangan? China? Atau India?”


Saya jadi mengerutkan kening membacanya. Tidak hanya orang India, orang Indonesia juga masih mempertahankan kebiasaan makan menggunakan tangan tanpa sendok dalam keseharian hidup. Mungkin Jo O’meara ini tahu dari beberapa film-film India yang terkenal memiliki ciri khas “India Banget” (Gak seperti Film-film Indonesia). Seandainya saja Jo O’meara tahu orang Indonesia memiliki kebiasaan makan yang serupa dengan India, mungkin nama Indonesia juga masuk dalam daftar negara ejekannya selain masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.


Ingatan saya melambung ke masa lalu semasa kuliah. Pernah suatu ketika dosen Pancasila bercerita bahwa beliau baru saja beradu argumen dengan salah seorang dosen dari Fakultas Ekonomi tentang topik serupa. Dosen dari Fakultas Ekonomi ini lulusan Amerika Serikat yang sedikit banyak terpengaruh dengan budaya barat yang menganggap orang yang makan tanpa menggunakan sendok-garpu merupakan jenis manusia “kurang beradab”, “kuno”, dan lain sebagainya.


Dosen Pancasila lulusan Filsafat UGM ini membantah habis-habisan pendapat itu. Beliau berargumen, “Tangan saya ini hanya masuk di dua mulut saja. Pertama, mulut saya sendiri. Kedua, mulut anak saya yang masih kecil. Selain itu tidak ada!. Sementara sendok yang Anda gunakan di rumah atau di restoran sudah masuk di mulut banyak orang bahkan hingga puluhan atau ratusan orang. Itu yang Anda anggap beradab?”.


Saya pribadi menganggap pendapat dosen Pancasila itu sebagai gaya hidup sederhana dan penuh dengan filosofi kehidupan.-orangnya memang begitu. Walaupun dalam keseharian beliau agak menyebalkan, namun dalam kasus ini saya menaruh respek tinggi padanya.

0 comments: