Me and daughter

Akrab bersama Silda

2nd Anniversary STUCK

Let's go to #BribikComedy

Friday, December 7, 2007

KITA KALAH LAGI.

Cabang olahraga paling diminati penonton dalam Sea Games 24 di Thailand, Sepakbola, tidak menyisakan tempat untuk Tim Indonesia di laga Semi Final. Semalam, Indonesia (lagi-lagi) kalah dari Thailand dengan skor 1-2. Asal tahu aja, timnas kita tidak pernah menang melawan Thailand sejak meraih medali emas Sea Games tahun 1991 di Manila, Philipina tahun 1991 enam belas tahun yang lalu. Bayangkan, 16 tahun yang lalu. Itu saja menang lewat adu penalty yang banyak unsur keberuntungannya. Setelah itu prestasi tim sepakbola kita paling tinggi meraih peringkat kedua pada Sea Games tahun 1997 di Jakarta dan harus menerima kenyataan kalah Adu penalty dengan Thailand. Padahal mereka hanya bermain dengan 10 orang. Kenyataan ini menambah panjang daftar kegagalan tim sepakbola kita di kancah internasional. Di level paling kecil saja gagal, ya wajar saja kita ‘dibantai’ terus di level yang lebih tinggi. Apa yang salah dengan sepak bola kita?

Penonton?fanatik dan berjubel. Liga?jalan terus. Bibit muda? Gak pernah habis. Klub? Wah, terbanyak di Asia. Dana? Yah, mungkin itu masalahnya. Sampai-sampai ketua umum PSSI menjadi tahanan saja tidak ada yang berani mengganti karena saying dengan kantongnya yang tebal. Kalau organisasinya saja dipimpin penjahat, gimana mau mendapat rahmat?

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari tim-tim lawan di arena Sea Games kali ini. Masalahnya ada pada motivasi para pemain yang rendah. Lagi-lagi soal bonus. Saya ingat sebelum pertandingan melawan Thailand dimulai, seorang pembawa acara di TV bertanya pada Manajer Timnas apakah sudah disediakan bonus untuk pemain jika lolos ke semi final? Ternyata manajer timnas tidak bisa memberi kepastian yang jelas soal bonus pemain. Akhirnya, tim yang garang serta tangguh saat berlatih di Argentina jadi ompong di laga yang sesungguhnya. Nasib..nasib..mungkin menjadi pecundang memang tradisi sepak bola kita.

Ngomongin cabang lain? Males. Paling juga sama.

Sunday, December 2, 2007

HARI AIDS SEDUNIA atau HARI KONDOM SEDUNIA?

Katanya minggu ini dicanangkan sebagai PEKAN KONDOM dalam rangka memperingati hari AIDS se-dunia. Saya pribadi tidak pernah terlibat aktif dalam kampanye anti AIDS yang hampir selalu ada setiap tahun. Bukan tidak ada yang mengajak, tapi tidak sreg aja dengan model kampanye yang selalu dilakukan oleh para aktifis.bagaimana tidak, setiap kampanye anti AIDS selalu saja kondom menjadi senjata andalan yang ‘konon’ mampu menekan penyebaran virus HIV/AIDS.

Di Kabupaten Sukoharjo saja kampanye anti AIDS membagikan 5.970 kondom dalam puncak peringatan hari AIDS se-dunia. Itu belum di kota-kota lainnya di seluruh dunia. Coba hitung berapa buah kondom yang dibagikan secara gratis hari ini jika setiap kota di seluruh dunia membagikan jumlah yang serupa.

Kata para aktifis AIDS, pembagian kondom ini merupakan upaya pendidikan dan ‘promosi’ pemakaian kondom untuk menekan meluasnya penularan virusHIV/ AIDS.

Pembagian kondom ini biasanya diiringi dengan pembagian selebaran yang sasarannya seringkali melibatkan anak-anak muda usia SMA. Coba pikir, anak-anak SMA kalau sudah pegang kondom untuk apa? Jelas bukan untuk ditiup lalu dijadikan balon sebagai wahana kampanye kan? Kita tahu kondom itu digunakan untuk apa.

Coba kita bayangkan saat si fulan pulang dari sekolah tiba-tiba ia dicegat serombongan aktifis lalu diberi sebuah kondom apa yang akan terlintas dipikiran si fulan? Buat apa kondom ini? Akhirnya si fulan akan tergerak untuk menggunakan barang itu sesuai dengan fungsinya yang seharusnya belum boleh dilakukan oleh anak seusianya. Artinya, si fulan yang semula tidak punya niat aneh-aneh jadi punya hasrat untuk melakukannya karena di tangannya sudah ada media yang mendorong untuk melakukan hal tersebut. Ironisnya, kampanye anti AIDS seringkali kontradiktif dengan kampanye anti free sex yang dikumandangkan oleh aktifis yang sama.

Artinya, kampanye anti AIDS dengan mempromosikan kondom sama dengan mengajak anak-anak sekolah untuk belajar menggunakan kondom. Dalih edukasi kepada remaja tentang bahaya AIDS justru merangsang mereka untuk mencoba seperti apa asyiknya menggunakan kondom. Saya kadang berpikir apakah tidak ada cara lain yang lebih bermartabat dalam memperingati hari AIDS se-dunia?

Lucunya lagi, kalau mereka dianggap mengampanyekan free sex juga nggak mau. Padahal jelas arahnya memang kesana.

Hal ini diperparah dengan sikap cuek masyarakat terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan dari gerakan kondomisasi ini. Sementara kelompok-kelompok yang menentang gerakan ini selalu kalah pamor karena gerakan kondomisasi yang bersembunyi dibelakang gerakan anti AIDS ini ternyata didukung pula oleh pemerintah.

Jika kita masih saja cuek dengan masalah ini, bersiaplah melihat degradasi moral yang akan menimpa anak cucu kita di masa mendatang.

Sunday, November 18, 2007

SENSOR...SENSOR..

Film “Pirates of The Carribean:At worlds End” di Cina berhasil meraup keuntungan sangat besar. Untuk hari pertama saja film ini mampu meraup keuntungan sebesar USD154 ribu atau lebih dari 1 miliar rupiah. Namun, film ini ternyata meninggalkan masalah pula disana.

Adegan yang dilakoni Chow Yun Fat yang berperan sebagai raja pembajak Kapten Sao Feng adalah adegan yang paling banyak disensor badan sensor film China karena dianggap menghina dan menodai China.

Tampilan wajah Chow Yun Fat yang menakutkan dianggap sebagai gambaran orang Cina yang bengis dan kejam. Untuk itu perlu diadakan sensor terhadap beberapa adegan dalam film tersebut.

Tidak hanya itu, orang-orang Singapura banyak pula yang mengajukan protes karena dalam film itu, Chow dianggap memberi kesan bahwa Singapura adalah “markas” para pembajak bengis. Mungkin kalau dikesankan sebagai negara “pelindung para koruptor Indonesia”, mereka bisa menerima dengan lapang dada. Betul nggak?

Bicara soal sensor film di negeri kita, makin marak saja lho insan-insan perfilman Indonesia yang menuntut pembubaran Lembaga Sensor Film. Salah satunya adalah Artis Dian Sastrowardoyo yang pernah mengeluarkan pernyataan sikap bersama Masyarakat Film Indonesia agar LSF dibubarkan saja dengan alasan tidak sesuai dengan semangat pembaharuan, tidak berpihak pada kemajuan perfilman Indonesia, serta lembaga tersebut masih dijalankan oleh lembaga dan organisasi bentukan Departemen Penerangan di masa orde baru.

Dulu di tahun 80-an, Adegan ciuman dalam Film “Isabella” yang dibintangi oleh Artis Malaysia 'Amy SEARCH' dan Artis Indonesia 'Nia Zulkarnaen' mendapat sensor yang ketat dari pemerintah kedua negara walaupun akhirnya di Indonesia adegan itu tetap bisa 'dinikmati' oleh penonton.

Dulu adegan begitu saja udah ribut ya. Sekarang kita mau cari yang telanjang plus *^&# di internet saja bisa kita lihat sepuasnya.

Dengan adanya LSF saja, masih ada film-film Indonesia yang masuk kategori 'berbahaya untuk ditonton'. Bikin judul film misalnya. Ada judul film Indonesia “MAAF, SAYA MENGHAMILI ISTRI ANDA”. Kalau propaganda semacam ini dibiarkan bisa jadi suatu hari nanti Istri Anda dihamili orang lain dan si pelaku cukup mengucapkan kata 'MAAF' kepada Anda. Apa tidak gila tuh !!


Saturday, October 27, 2007

SUMPAH PEMUDA : Young guns yang sudah karatan?

Pemuda tahun 1928 :
Kami putra dan putri Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia.

Pemuda tahun 2007 :
Bertanah air satu? Yang bener aja, Kuno man…Sekarang banyak orang punya kewarganegaraan ganda seperti Samuel Eto’o (Pemain sepak bola asal Kamerun) yang baru saja resmi memiliki status sebagai warga negara Spanyol.

Pemuda tahun 1928 :
Kami putra dan putri Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia

Pemuda tahun 2007:
Tidak usah neko-neko deh. Labelnya saja orang Indonesia tapi perilakunya selalu meniru bangsa asing. Alat ukurnya mudah. Lihat saja film-film atau sinetron Indonesia. Tidak ada ciri Indonesianya sama sekali. Saat nonton film India, tidak perlu Tanya-tanya lagi ini film dari mana karena dari tarian, pakaian, tulisan dan bahasa tubuh sudah bisa diketahui ciri khasnya. Nonton film ada adegan Kungfu-nya pasti dari Hongkong, Film Holywood gak usah ditanya lagi. Semua tahu itu datang dari Amrik sono. Nonton film kartun gambar matanya kok besar banget? Pasti kartun Jepang. Film Indonesia? Paling-paling SUSTER NGESOT. Itu aja dirating hanya bintang dua. Kasihaaaan deh loe..

Pemuda tahun 1928:
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pemuda tahun 2007:
Apa iya? Menjunjung apa! Emang bahasa yang kita gunakan selama ini adalah bahasa Indonesia yang benar? Bahasa Indonesia jaman sekarang ya bahasa-bahasa di sinetron teenlit itu. Jutek, jomblo, jaim, dan lain-lain. Buktinya, Coba kamu katakan ‘Download’ semuanya tahu apa yang dimaksud. Tapi coba katakan ‘mengunduh’ di depan mereka, mereka akan berkata “loe ngomong pake bahasa planet mana seeeh..?”.

Inget nggak? Moyangnya orang Jawa dulu pake bahasa Kawi toh akhirnya punah juga. Bahasa penggantinya yang bertingkat-tingkat itu perlahan juga udah mulai dilupakan. Nulis aksara Jawa, apalagi! Pelajar jaman sekarang itu lebih takut ngadepin Bahasa Indonesia dan bahasa Daerah dibandingkan ngadepin Matematika atau Fisika.

Bagi masyarakat kita sekarang nih, bahasa itu yang penting ngerti walaupun amburadul susunannya. Termasuk mungkin bahasa postingan ini yang kelewat jauh dari EYD.

“EYD? apaan tuh, mas..?”

Cappee’ deh….


Pemuda tahun 1928 :
Jong Java, Jong Sunda, Jong Islamitten Bond, de el el.

Pemuda tahun 2007:
Jong-os alias jadi pelayan di negeri sendiri yang selalu demo dan tertindas setiap saat.

Kalau sudah begini, haruskah spirit 1928 kita buang ke tong sampah?

Whot du yu thing?


BONUS TRACK

Sumpah Pemuda yang telah direvisi oleh aktivis 98 saat penggulingan Soeharto dari kursi kepresidenan.Namanya adalah 'SUMPAH MAHASISWA'.

"Kami, mahasiswa Indonesia, mengaku bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan. Kami, mahasiswa Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa yang cinta keadilan. Kami, mahasiswa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa tanpa kebohongan."


Tidak populer ya...yah, emang hal beginian gak ada yang peduli.

Friday, October 26, 2007

HALAL


Fenomena yang terjadi belakangan ini dari kasus bakso berformalin dan mengandung boraks, daging sapi bercacing di Banyumas, beras yang mengandung pemutih pakaian, Kornet sapi berasal dari negara yang belum bebas penyakit sapi gila, dan masih banyak kejadian-kejadian lainnya membuat kita cemas terhadap kualitas makanan di sekitar kita. Jangan-jangan makanan itu sudah haram untuk dimakan.

Kita semua tahu bahwa kemajuan teknologi industri sekarang ini sungguh luar biasa, apalagi dalam industri makanan dan minuman. Sekarang ini tersedia begitu banyak jenis produk makanan dan minuman instan, mulai dari minuman serbuk (misalnya: kopi) hingga daging olahan (misalnya: sosis). Hal ini menyebabkan pengidentifikasian terhadap proses pengolahan bahan-bahan yang digunakan tidak lagi menjadi persoalan yang sederhana. Dulu, untuk mengetahui tingkat kehalalan suatu produk merupakan persoalan sederhana, karena bahan-bahannya dapat diketahui secara jelas serta proses pengolahannya tidak terlalu rumit. Namun kini persoalannya tidak sesederhana itu, sehingga konsumen Muslim sering dihadapkan pada keragu-raguan dalam mengambil keputusan terhadap suatu produk, apakah akan mengkonsumsinya atau tidak.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 168:

”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (thayyib) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”


HAMKA dalam tafsir Al-Azhar (1983) menjelaskan: Dalam ayat ini tersebut yang halal lagi baik. Makanan yang halal ialah lawan dari yang haram; yang haram telah pula disebutkan dalam Al-Quran, yaitu yang tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala. Kalau tidak ada pantang yang demikian, halal dia dimakan. Tetapi hendaklah pula yang baik (thayyib) meskipun halal. Batas-batas yang baik itu tentu dapat dipertimbangkan oleh manusia. Misalnya daging lembu yang sudah disembelih, lalu dimakan saja mentah-mentah. Meskipun halal tetapi tidaklah baik.
Menurut komisi fatwa MUI (halal-mui.com), yang dimaksud dengan produk halal ialah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu:
1.Semua makanan dan minuman, yang tidak mengandung khamar dan produk-produk turunannya.
2.Tidak mengandung babi dan bahan-bahan yang berasal dari babi.
3.Semua bahan hewani, harus berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.
4.Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan, tempat pengelolaan, dan transportasinya tidak digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi dan atau produk-produk tidak halal lainnya, harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tatacara yang diatur menurut syariat Islam.
Sedemikian mendasarnya masalah kehalalan ini, sehingga Allah mengaitkannya dengan perintah perang, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. At-Taubah ayat 29:

”Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada Hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (yaitu agama Allah)..”


Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pasal 4 (a) disebutkan bahwa hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Pasal ini menunjukkan bahwa setiap konsumen berhak untuk mendapatkan barang dan atau jasa yang nyaman dan aman untuk dikonsumsi, serta tidak membahayakan jiwa konsumennya ketika akan, sedang, maupun setelah dikonsumsi. Lebih jauh, bagi konsumen Muslim, pengertian nyaman dan aman disini adalah bahwa produk tersebut tidak bertentangan dengan prinsip religi/agamanya (Islam), alias halal; karena, tingkat kehalalan dari sesuatu yang mereka konsumsi sangat menentukan ”keselamatan” mereka di dunia maupun di akhirat kelak.
Selanjutnya, dalam pasal yang sama poin (c) disebutkan bahwa konsumen juga berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. Bagi konsumen Muslim khususnya, hal ini memberikan pengertian bahwa klaim halal oleh perusahaan terhadap produk-produknya haruslah benar, jelas, dan jujur, serta telah lolos uji terlebih dahulu oleh pihak yang berwenang (dalam hal ini LPPOM-MUI) sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Dengan demikian, perusahaan tidak bisa begitu saja mengklaim bahwa produknya halal, sebelum dinyatakan lolos uji kehalalan oleh LPPOM-MUI; dan salah satu ciri dari produk yang telah dinyatakan lolos uji kehalalan oleh LPPOM-MUI adalah adanya/tertera logo halal resmi dari LPPOM-MUI pada kemasannya. Lebih jauh, mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai tingkat kehalalan produk yang akan dikonsumsi berarti menghindarkan diri dari masalah mutasyabihat (syubhat; samar-samar, tidak jelas halal haramnya); sebagaimana sabda Rasulullah:


“Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun sudah jelas, dan diantara keduanya terdapat yang mutasyabihat (syubhat); kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa yang berhati-hati dari perkara syubhat, sesungguhnya ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, sesungguhnya ia telah terjerumus ke dalam yang haram." (HR. Muslim)


Karena itu mulai detik ini marilah kita introspeksi diri, kita renungkan dan kita kaji kembali perilaku konsumsi kita selama ini, apakah kita yakin selama ini kita telah mengkonsumsi produk yang memang sudah jelas kehalalannya? apakah kita yakin bahwa selama ini kita tidak melakukan aniaya diri? apakah kita sudah mengkonsumsi produk yang nyaman dan aman untuk dikonsumsi, aman dunia dan aman akhirat? apakah kita yakin bahwa kita telah menjauhkan diri dari perbuatan syubhat? Marilah, mulai detik ini kita sama-sama belajar untuk memperbaiki perilaku konsumsi kita. Tidak perlu harus belajar ilmu kesehatan, atau ilmu gizi, atau ilmu fiqh tentang halal dan haram, kita serahkan saja pada ahlinya yaitu beliau-beliau yang berjihad melalui profesinya di LPPOM-MUI. Mereka telah memberikan solusi mudah bagi kefakiran ilmu kita, yaitu dengan memberikan ijin bagi perusahaan untuk mencantumkan logo halal resmi dari LPPOM-MUI pada setiap kemasan produk-produk mereka yang memang telah dinyatakan lolos uji kehalalan. Insya Allah, dengan selalu memperhatikan logo halal resmi dari LPPOM-MUI pada setiap kemasan produk-produk yang kita konsumsi, kita telah mengkonsumsi produk yang memang sudah jelas kehalalannya, dan Insyaallah kita tidak melakukan aniaya diri serta telah menjauhkan diri dari perbuatan syubhat, karena produk-produk yang kita konsumsi Insya Allah memang nyaman dan aman untuk dikonsumsi, aman dunia dan aman akhirat.


Tuesday, October 9, 2007

KESALAHAN LAGU-LAGU TEMPOE DOELOE


Nina bobo oh nina bobo
kalau tidak bobo digigit nyamuk



Entah lagu nyamuk jenis ini merupakan spesies lama atau tidak, yang jelas di jaman sekarang kebanyakan orang takut digigit nyamuk saat tidur


Balonku ada lima rupa-rupa warnanya. Merah, kuning, kelabu, merah muda, dan biru. Meletus balon hijau DOR !

Nggak ada yang hijau kok meletus.

Ibu kita Kartini, putri sejati. Putri Indonesia Harum namanya.

Heh, yang bener aja. Namanya Kartini apa Harum?

Naik-naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara

Mau naik gunung kok tengok kanan kiri kapan naiknya?

Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa. Aku ingin terbang dan menari jauh tinggi ke tempat kau berada.

Gimana sih, Bintang itu kelihatan di waktu malam. Langitnya tidak biru lagi tapi Hitam.

Bebek adus kali nututi sabun wangi, bapak mundhut roti adike diparingi (Lagu Jawa : Bebek mandi di sungai mengejar sabun wangi. Bapak beli roti, harus dibagi dengan adik)

Ini lebih aneh lagi, sejak kapan bebek suka sama sabun?

Pok ame ame belalang kupu-kupu, siang makan nasi kalau malam minum susu.

Ini lagu anak balita. Mau siang apa malam tetap saja minum susu.

Bangun tidur kuterus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong ibu. Membersihkan tempat tidurku

Sadar tidak ya, sehabis mandi belum pakai baju sudah menolong ibu.

SELAMAT IDUL FITRI 1428 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Thursday, September 27, 2007

BANGSAKU DITERTAWAKAN (LAGI)


Hari Selasa, tanggal 18 September 2007 lalu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan program pengentasan budaya korupsi yang disebut "Penemuan kembali aset yang hilang" di Markas PBB di New York. Dalam kesempatan tersebut dirilis juga 10 nama pemimpin dunia yang termasuk sebagai pemimpin yang digolongkan sebagai pencuri aset Negara

"Masalah korupsi dapat menghilangkkan demokrasi dan nilai-nilai hukum. Hal ini juga membawa pada kejahatan hak-hak manusia. Selain itu dapat mengkis kepercayaan publik kepada pemerintah. Hal ini bisa juga membunuh. Dengan contoh: ketika korupsi mengizinkan sesuatu kesalahan ditutupi dengan menerima suap atau sogokan untuk memudahkan aksi-aksi teroris dimanapun," jelas pak Sekjen.

Dalam daftar yang dikeluarkan PBB Soeharto masuk sebagai satu dari sepuluh pemimpin dunia yang dikategorikan sudah mencuri kekayaan negara. Bekas penguasa Orde Baru ini diperkirakan mencuri kekayaan negara berkisar antara 15 sampai 35 miliar dolar AS.

Selain Soeharto terdapat juga sembilan pemimpin dunia yang masuk dalam kategori yang sama. Siapa saja mereka?


Ferdinand Marcos (Filipina) pada tahun 1972-1986 5-10 miliar dolar AS
Mobutu Sese Seko (Zaire) pada 1965-1997 kerugian negara 5 miliar dolar AS
Sani Abacha (Nigeria) pada 1993-1998 kerugian negara 2-5 miliar dolar AS
Slobodan Milosevic (Serbia/Yugoslavia) 1989-2000 kerugian negara 1 miliar dolar AS
Jean Claude Duvailer (Haiti) 1971-1986 kerugian negara 300-800 juta dolar AS
Alberto Fujimori (Peru) 1990-2000 kerugian negara 600 juta dolar AS
Pavio Lazarenko (Ukraina) 1996-1997 kerugian negara 114-200 juta dolar AS
Arnold Aleman (Nikaragua) 1997-2002 kerugian negara 100 juta dolar AS
Joseph Estrada (Filipina) 1998-2001 kerugian negara 70-80 juta dolar AS



Coba tebak, berada di peringkat berapa mantan presiden RI itu? Yup! Ia berada di peringkat pertama. Hal ini agak mengejutkan mengingat Ferdinand Marcos yang digulingkan melalui People Power lebih terkenal sebagai orang yang kejam, otoriter dan korup. Artinya, PBB berpendapat bahwa dibalik kehalusan budi serta tutur katanya, Soeharto ternyata lebih “buas” daripada Marcos.

Bola terus bergulir kencang. Temuan Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative mengenai mantan Presiden Soeharto dibahas dalam pertemuan Jaksa Se-Dunia yang dilaksanakan 20-24 November di Bali.

Bisa ditebak, Soeharto Cs langsung bersikap. Kuasa hukum mantan Presiden Soeharto, Juan Felix Tampubolon menilai data  StAR (Stolen Asset Recovery) Initiative PBB dalam menempatkan Soeharto sebagai pencuri aset teratas tidak dapat dipertanggung jawabkan karena hanya berdasarkan guntingan kliping koran dan bukan berdasarkan data yang akurat.

Menurut Wakil Ketua MPR AM Fatwa, pengumuman Stolen Asset Recovery (StAR) bahwa Soeharto merupakan pemimpin pencuri aset terbanyak, merupakan umpan indah dari PBB dan Bank Dunia untuk Presiden SBY.

Kata Mister AM Fatwa, Tinggal menunggu ketegasan Presiden soal perkembangan baru ini. Karena masalah ini diatur dalam TAP MPR No.11 tahun 1998 tentang pemberantasan KKN.

Saudara-saudara,

kita sebagai bangsa Indonesia saat ini kita sedang menjadi bahan tertawaan oleh Negara-negara lain. Bagaimana tidak? Seperti kita tahu, Pemerintah SBY-JK telah mencabut TAP MPR/11/1998 khususnya penyelidikan terhadap Soeharto awal tahun 2006 lalu. (Solidaritas Almamater kali ya..). Keluarnya SKPP atas kasus Soeharto oleh Kejaksaan Agung menjadi bukti bahwa janji kampanye SBY-JK yang akan menegakkan supremasi hukum di negeri ini telah mereka ingkari dengan seingkar-ingkarnya. Salah pilih pemimpin mungkin itulah nasib kita sekarang.

Apa yang terjadi dengan keluarnya SKPP itu?

Ngototnya aktivis reformasi untuk terus menuntut Soeharto secara hukum sekilas memang terlihat seolah melepaskan diri dari aspek kemanusiaan. Bagaimanapun (konon), Soeharto sudah memberikan jasa begitu besar terhadap bangsa ini, ditambah lagi kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan beliau untuk menjalani proses hukum. Atas dasar ini, maka sebagian pihak mencoba bersikap legowo untuk membebaskan Soeharto dari segala tuntutan hukum. Dan sikap ini pulalah yang kemudian di ambil oleh Presiden SBY beserta aparatnya.

Di sini, rasanya kita melihat makna ’kemanusiaan’ secara utuh terhadap suatu individu. Sementara, ’kemanusiaan’ dalam aspek kebangsaan tidak lagi hitam putih seperti itu, karena menyangkut ’hajat hidup orang banyak’. Melepaskan Soeharto dari proses hukum sama artinya melepaskan aspek kemanusiaan rakyat Indonesia yang merasa ’terdzalimi’ oleh penguasa orde baru tersebut selama puluhan tahun, padahal kita bermakud bersikap ’manusiawi’ terhadap Soeharto. Lalu, sisi kemanusiaan siapa yang harus kita bela ?

Pembekuan kasus Soeharto secara nyata menunjukkan posisinya yang bersebrangan dengan arus gerakan reformasi. Meskipun pemerintah sekarang ini mengaku menjalankan poin-poin lainnya (penegakkan hukum pemberantasan KKN, pencabutan dwi fungsi ABRI, dan seterusnya), akan tetapi karena Soeharto adalah sasaran utama gerakan reformasi maka pemerintahan SBY akan dinilai anti reformasi.

Dengan melihat hal tersebut, maka sangat disayangkan bahwa pemerintahan SBY yang notabene lahir dari proses panjang reformasi bangsa ini, kemudian malah ’berani’ mengambil sikap berlawanan. Resiko pengambilan keputusan untuk membekukan kasus Soeharto adalah labelisasi anti-gerakan reformasi. Lebih parah lagi ini muncul justru di tengah suasana peringatan 8 tahun gerakan reformasi di Indonesia. Maka, wajarlah jika kemudian para pendukung gerakan reformasi akan ’menghajar’ pemerintahan SBY-JK setelah Temuan Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative.

Masih layakkah SBY dan JK memimpin gerbong Reformasi? Dan masih pantaskah mereka berdua maju di bursa calon Presiden mendatang?


TIKUS DAN SUSU


Ada dua ekor tikus tercebur ke dalam panci berisi krim susu. Tikus pertama langsung menyerah dan pasrah dengan apa yang akan menimpanya kelak. Tikus kedua tidak menyerah. Ia mengaduk-aduk susu krim itu tanpa kenal kata menyerah hingga krim itu berubah menjadi keju padat lalu ia bisa memanjatnya dan keluar dari panci itu dengan selamat.
(apa maksudnya ya...)

Saudara...

Jika anda ceritakan kisah diatas pada orang lain, entah istri, teman, murid atau teman-teman anda, kira-kira jawaban apa yang akan keluar dari mulut mereka. Apakah mereka menganggap cerita itu sesuatu yang mustahil? Percayalah, kebanyakan dari mereka akan mengatakan demikian.

Mereka tahu bahwa keju terbuat dari susu, tapi mereka tetap akan berkata : Mustahil.
Mereka tahu bahwa membuat keju harus diaduk-aduk, tapi mereka tetap akan berkata : Mustahil

Mereka tidak akan percaya cerita diatas hanya karena si pengaduk adalah seekor tikus.

Seperti itulah hidup Anda.

Mereka tahu anda punya otak, tapi mereka tak akan percaya anda mampu menjadi seorang ilmuwan.
Mereka tahu anda punya sepasang kaki yang kokoh, namun mereka tak akan percaya anda mampu menjadi juara lomba lari marathon.
Mereka tahu anda punya senyum yang menawan, tapi mereka tak akan percaya jika ada yang bilang bahwa anda disukai oleh banyak orang.

Mereka hanya percaya jika anda sesuai dengan apa yang mereka bayangkan.




Tuesday, September 25, 2007

"STUPID" ala Orang Indonesia


Sekali-kali ngrembug politik ah...mumpung masih menikmati bulan Ramadhan penuh berkah. Semoga kepedulian tentang masalah ini didengar oleh para elit politik beserta simpatisannya dengan hati terbuka dan ikhlas seikhlas kita menjalankan Puasa Ramadhan.

Saudara-saudara.....
Pemilu 2009 masih lama. Masa resmi kampanye juga belum dimulai. Tapi kita semua pasti tahu bahwa peristiwa itu pasti terjadi. Peristiwa kekerasan politik berupa tawuran antar pendukung partai politik yang telah mendarah daging dalam budaya politik di negeri kita. Adu fisik yang kadangkala harus mati konyol akan menjadi berita seru dua tahun lagi.

Untuk Jawa Tengah, sepertinya tidak perlu waktu selama itu karena kabarnya Pilihan Gubernur akan dilaksanakan tahun 2008. Sekarang saja spanduk-spanduk, stiker, serta baliho para calon Gubernur sudah mengawali panasnya suhu politik di Jawa Tengah.

Kalau kita amati lebih teliti, semenjak Pemilu 2004 hampir tiap tahun kita punya hajat politik baik di tingkat nasional maupun daerah. Diawali dari Pilihan legislatif, Pilihan Bupati, Pilihan kepala desa, lalu pilihan Gubernur dan balik lagi ke pilihan Legislatif begitu seterusnya. Kayak jadwal Liga Indonesia yang padat banget.

Kekerasan politik semacam ini cukup sering terjadi, terutama pada masa kampanye pemilu. Pada musim kampanye Pemilu 1999, misalnya, tidak sedikit kekerasan politik terjadi yang dilakukan oleh pendukung partai politik atas pendukung atau properti (kekayaan) partai politik lawannya. Bentuknya antara lain pembakaran dan perusakan gedung partai politik, bentrok fisik antar massa dan penghadangan terhadap ketua umum partai politik tertentu.

Bentrok antar massa partai politik adalah salah satu bentuk kekerasan politik. Kekerasan politik lainnya bisa berupa kekerasan internal partai, konflik antarpolitisi di parlemen, maupun kekerasan negara atas rakyat seperti yang dilakukan rezim otoritarian maupun ”rezim transisi”. Apa pun alasannya, kekerasan dalam politik Indonesia di era reformasi jelas telah mencederai demokrasi yang sedang dibangun di negeri ini.

Tiap menjelang masa (kampanye dan pencoblosan) pemilu di Indonesia, pertanyaan besar yang selalu muncul adalah soal kemungkinan timbulnya kekerasan politik. Kekerasan politik seolah – olah telah mentradisi di negara ini sejak bangsa ini merdeka. Sehingga tidak mengherankan bila setiap kali mendekati masa pemilu, masyarakat selalu dihantui oleh perasaan was-was akan kekerasan yang dilakukan oleh partai politik. Di lingkungan partai politik sendiri tak kalah was-wasnya. Mereka sejak dini telah menyiapkan kader-kadernya dengan pakaian mirip militer untuk berjaga-jaga bila ada tindak kekerasan atau intimidasi dari partai politik lainnya.

Masalah ''hantu kekerasan'' politik di masa pemilu bukan hanya terjadi setelah era Orde Lama. Di zaman Orba pun masalah itu muncul, terutama setelah terjadinya kekerasan politik yang dilakukan pendukung PPP pada masa kampanye pemilu tahun 1982 yang terkenal dengan insiden Lapangan Banteng. Di masa setelah Orba, soal hantu kekerasan makin menjadi ancaman ternyata karena instabilitas sosial yang begitu luas di seluruh belahan wilayah Indonesia.

Partai tertentu di beberapa kabupaten sudah melakukan provokasi dengan mencabut dan merusak atribut partai lain yang dipasang di daerahnya. Bahkan provokasi fisik yang menyerupai kekerasan juga dilakukan. Sekalipun hal itu terjadi pada skala yang sangat terbatas, tetap tidak bisa diabaikan hal itu bisa memicu kekerasan pada masa pemilu. Agaknya, kompetisi antarpartai yang begitu ketat, terutama karena adanya ketakutan di kalangan pendukung partai tertentu akan kemungkinan menurunnya perolehan suara, membuat para pendukungnya berada pada kondisi ketegangan yang tinggi, sehingga potensi kekerasan setiap saat bisa meledak.

Pengalaman traumatik kekerasan politik banyak dialami dialami masyarakat berkenaan dengan Pemilu. Di beberapa tempat seperti Jakarta pun kini mengalami hal yang sama setelah peristiwa kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan Mei 1998 benar-benar membuat masyarakat Jakarta trauma, sehingga mereka tidak lagi bereaksi terhadap provokasi yang terjadi.

Tetapi bukan berarti potensi kekerasan tidak ada lagi di Jakarta. Potensi ini muncul dari kelompok-kelompok sosial atas dasar etnis yang dibuat elite-elite politik Jakarta pada saat pemilihan gubernur beberapa waktu lalu. Salah satu organisasi berdasarkan kelompok etnis yang dulu dibuat oleh elite politik di Jakarta itu kini sudah menjelma menjadi semacam 'makhluk Frankenstein', sebuah hal yang diistilahkan oleh Pujastana. Suatu makhluk yang dibuat tetapi kemudian perilakunya tidak bisa dikendalikan oleh penciptanya. Anggota organisasi itu kini menjadi preman-preman politik yang menjadi ancaman bagi kestabilan sosial di daerah-daerah pinggiran Jakarta.

Agaknya sudah menjadi diktum, bahwa sebuah kelompok yang dibuat untuk tujuan-tujuan politik jangka pendek hanya akan menjadi makhluk Frankenstein di kemudian hari yang malah menjadi masalah bagi pembuatnya.


Pemilu 1999

Di Indonesia masalah kekerasan politik seringkali bergerak ke arah yang tak bisa diduga sama sekali. Contohnya pada Pemilu 1999. Tiga tahun sebelum Pemilu 1999 itu, terjadi kerusuhan masal di Jakarta. Ketika itu, konflik internal PDI, antara pendukung Megawati dan Suryadi, bermuara pada penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Dipenogoro, Jakarta Pusat, oleh pendukung Soeurjadi. Banyak tulisan yang menyebut bagaimana, penyerbuan pendukung Soerjadi itu, didukung oleh aparat keamanan yang mengakibatnya banyak korban nyawa melayang. Dua tahun setelah itu, kembali kerusuhan menyapu Jakarta yang meyebabkan Soeharto turun dari kekuasaan.

Bukan hanya di Jakarta terjadi kekerasan menjelang pemilu 1999. Di daerah juga terjadi hal yang sama. Di Banjarmasin contohnya. Tahun 1997 terjadi kekerasan antara pendukung Golkar dan PPP yang menurut, pengamat politik Indonesia, Donald K. Emmerson, menelan sekitar 100 nyawa. Pada tahun 1999 itu pula meletus kekerasan antar pemeluk agama di Poso dan Ambon.

Karena kenyataan itu pula, maka ketika pemilu 1999 berlangsung, kekerasan politik antara pendukung parpol dipastikan akan terjadi.

Anehnya, pemilu 1999 yang disebut pemilu paling demokratis selama 44 tahun terakhir, justru berlangsung nyaris tanpa kekerasan. Bahkan di Ambon, di mana kekerasan antara pemeluk agama mencapai puncaknya tahun 1999, masa kampanye pemilu dan hari pencoblosan berlangsung tanpa insiden.

Tidak banyak yang tahu kenapa kekerasan justru menghilang pada masa pemilu 1999 itu. tetapi Donald K Emmerson, dalam bukunya, Indonesia Beyond Soeharto, memperkirakan partai peserta pemilu berusaha menahan diri sebegitu rupa karena berharap akan memperoleh suara dan kursi di mana kekerasan politik yang muncul akan menyebabkan terganggunya harapan itu. Atau juga karena tanggung jawab nasional di kalangan masyarakat lebih kuat dari yang diduga.

Demokrasi di negara-negara yang demokrasinya belum stabil pemilu selalu menjadi hantu kekerasan bagi warganya. Masalahnya akan jadi lebih rumit apabila demokrasi yang belum stabil disertai dengan tingkat diferensiasi sosial yang tingi. Hampir seluruh negara berkembang dihadapkan pada soal ini. Sekalipun suatu negara (berkembang) telah mengalami proses transisi yang lama dari pemerintahan otoriter menuju demokrasi, tetapi kekerasan politik masih menjadi soal yang pelik.
Misalnya, Kawasan Amerika Latin, yang telah lebih dulu memasuki masa transisi menuju demokrasi di pertengahan tahun 1980-an, pemilu masih menjadi momok yang menakutkan sampai sekarang. Pemilu lalu tidak menjadi celebration of democracy sebagaimana layaknya di negara-negara yang demokrasinya stabil, melainkan lebih menyerupai agony of democracy. Di Kawasan tertentu benua Afrika hal yang sama juga terjadi.

Hal ini karena negara-negara yang demokrasinya belum stabil itu, semua lembaga negara mengalami tingkat politisasi yang tinggi. Tidak ada suatu perangkat demokrasi yang established sehingga perebutan posisi dalam lembaga-lembaga negara tidak menjadi suatu kompetisi yang fair dan bisa dianggap wajar. Karena soal politisasi ini belum bisa diatasi di banyak negara berkembang, maka jarang sekali masa depan demokrasi di kawasan itu dilihat dengan optimis. Selalu terdapat kemungkinan besar sistem demokrasi akan berumur singkat dan otoritarianisme kembali merajalela.

Akan halnya Indonesia, banyak pengamat politik melihat bahwa sangat kecil kemungkinan bahwa Indonesia akan mundur dari sistem demokrasi untuk kembali ke sistem otoriter. Tetapi jika kemungkinan kekerasan politik dan persaingan kepentingan tidak bisa dikelola dengan baik, maka selalu terbuka jalan bagi Indonesia untuk kembali sistem otoriter.


Akar Kekerasan Politik Di Indonesia

Orde Baru (1966 – 1998) tidak hanya melakukan pendekatan pragmatis di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik. Paling tidak ada tiga hal yang dilakukan Orde Baru dalam kaitan dengan pragmatisme politik demi menunjang pembangunan ekonomi.

Pertama, terjadi penyederhanaan dan pembatasan partai politik dengan segala konsekuensinya, umumnya dalam kehidupan demokrasi dan secara khusus dalam kaitan dengan pendidikan politik. Dengan cara ini kebebasan berpartai, berorganisasi dan kesempatan melakukan pendidikan politik dalam kerja organisasi politik riil menjadi dibatasi dan dikebiri. Bahkan, lebih dari itu, seluruh semangat demokrasi dimatikan karena tidak ada perbedaan pandangan, saling kontrol antar partai, tidak ada pengajuan calon pemimpin tandingan dan seterusnya, sebagaimana kita alami semua pada waktu itu. Itu dilakukan demi pragmatisme ekonomi agar tujuan pembangunan ekonomi bisa dicapai tanpa gangguan stabilitas politik oleh mekanisme demokrasi politik formal.

Kedua, dalam alur yang sama kecuali Golkar, parpol yang lainnya tidak dimungkinkan untuk melakukan apa yang idealnya dikerjakan sebuah partai yang sehat, yaitu pendidikan politik bagi para kadernya untuk menyiapkan dan mencekal calon pemimpin partai dan pemimpin bangsa. Jangankan kaderisasi, rapat partai-partai saja dikejar-kejar, diawasi dan diintimidasi aparat negara. Apa yang bisa dilakukan untuk pendidikan politik kader partai dalam kondisi seperti itu?

Jadi, kalau politisi yang dihasilkan parpol sekarang adalah seperti ini, harus kita akui bahwa itulah buah dari proses kehidupan politik tanpa pendidikan politik dalam parpol. Tidak ada pemimpin hebat yang bisa dihasilkan parpol karena tidak ada pendidikan politik, baik itu formal dalam bentuk kaderisasi maupun dalam bentuk berorganisasi secara wajar. Padahal, berorganisasi secara wajar termasuk belajar menyelesaikan konflik diantara kader, adalah pendidikan politik paling riil. Tetapi, itu tidak ada karena yang ada adalah belajar menghindari dan berkelahi dengan aparat, yang berarti belajar menggunakan otot dan kekerasan.

Ketiga, secara lebih luas juga harus kita akui hampir tidak ada kebebasan berorganisasi secara sehat dan wajar, tempat tokoh-tokoh muda, calon pemimpin bangsa bisa melakukan penggemblengan dan pendidikan dirinya sebagai politisi dan pemimpin bangsa. Berbagai aktivitas berorganisasi dihalangi atau harus melalui prosedur perizinan yang berlaku, kecuali harus dilakukan secara underground, . Dan, kalau tertangkap, segala idealisme murni mereka demi kemajuan bangsa diberangus dan dimatikan dengan segala intimidasi dan tindak kekerasan bahkan dengan restu negara.

Pemilu 2009 dan seterusnya kita berharap peristiwa kekerasan pada waktu kampanye tidak lagi terjadi. Ini akan melahirkan pembodohan politik (political ignorance), yang entah jilid keberapa lagi, ditengah-tengah bangsa ini membutuhkan pendidikan politik yang sehat dan dinamis pada masyarakat. Pemilu hendaknya menjadi titik awal partai-partai untuk lebih dapat memberikan pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat. Bukan memberikan celah-celah untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama demokrasi. Bila pendidikan politik yang sehat itu terlaksana dengan baik, banyak keuntungan yang bisa kita petik.

Kita tinggal lihat pesta politik masa mendatang apakah rakyat masih saja Bodoh atau sudah lebih cerdas dalam berpolitik.

Kalau kekerasan itu masih saja terjadi, maka tidak mengherankan bila Pemilu mendatang akan lahir manusia-manusia apatis yang enggan menggunakan hak pilihnya di bilik suara. Bagaimana menurut Anda? Jangan2 anda sudah ancang2 mau Golput juga


HILAL DALAM PENANGGALAN HIJRIYAH

Wapres Jusuf Kalla bersama Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Mensos Bachtiar Chamsyah, dan Menteri Agama Maftuh Basyuni, bertemu membahas masalah penyamaan waktu Idul Fitri, kemarin. Bukan pertemuan politik tapi murni mbahas persoalan umat Islam khususnya penetapan 1 Syawal tahun ini.

Bagi yang gak tahu, kayaknya kok ruwet ya menetukan tanggal di bulan Hijriyah?Yah, seperti itulah proses belajar manusia. Kalau tidak ada masalah ya nggak belajar gitu kan..? Jangan susah hati lah...

Tapi prinsipnya begini,

Saat ini beragam kriteria visibilitas dikeluarkan oleh astronom, baik Muslim maupun non-Muslim. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penampakan sabit bulan pertama atau hilal bukan permasalahan umat Islam semata. Astronom non Islam pun sedang mencari-cari bagaimana sejatinya penentuan kalender dengan sistim ini. Hehe..mungkin inilah tantangan Allah pada seluruh umat manusia agar gak sombong, takabur and merasa pinter sendiri.

Hilal mempunyai posisi penting dalam sistem penanggalan Hijriah yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan. Sayangnya, kajian tentang hilal di Indonesia dalam banyak aspek sangat minim sehingga tidak heran jika perbedaan dalam menetapkan awal bulan Hijriah masih dan akan terus terjadi karena hilal merupakan penentu awal bulan.
Sistem penanggalan Hijriah didasarkan pada siklus penampakan Bulan yang lamanya 29,53 hari, di mana awal bulan ditandai dengan penampakan sabit bulan (hilal) di ufuk barat ketika Matahari tenggelam. Penggunaan hilal sebagai penanda awal bulan dalam penanggalan Hijriah didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam astronomi, sistem penanggalan Hijriah digolongkan dalam sistem penanggalan bulan (lunar calendar).

Jauh sebelum menggunakan kalender bulan, bangsa Arab kuno sebenarnya telah menggunakan sistem penanggalan yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan dan pergerakan Matahari. Dalam sistem penanggalan tersebut, perhitungan bulan (month) didasarkan pada siklus penampakan Bulan (moon) dan perhitungan tahun (year) didasarkan pada siklus pergerakan Matahari.

Dari pengamatan diketahui bahwa 12 lunasi Bulan tidak sama dengan satu siklus pergerakan Matahari. Hal ini membuat perbedaan jumlah hari setiap tahunnya. Secara astronomi, sistem penanggalan yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan dan pergerakan Matahari disebut sistem penanggalan bulan-matahari (luni-solar calender).

Ramadhan

Dalam sistem penanggalan luni-solar bulan Ramadhan, bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriah selalu berada pada musim panas, kemungkinan sekitar bulan Juni dalam penanggalan Masehi sekarang. Hal ini bisa diketahui dari kata Ramadhan yang berarti sangat panas/terik.

Ketidakkonsistenan masyarakat, terutama penguasa Arab, dalam menerapkan aturan penanggalannya menjadikan sistem penanggalan menjadi kacau. Maka, dalam Al Quran (09:36-37) Nabi Muhammad SAW melarang penggunaan kalender luni-solar dan menggantikannya dengan sistem penanggalan yang didasarkan pada penampakan Bulan semata.

Perubahan sistem penanggalan tersebut berdampak pada perhitungan lamanya tahun semata. Adapun perhitungan bulan (month) yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan tidak mengalami perubahan. Hal inilah yang menyebabkan bulan Ramadhan tidak lagi selalu berada pada musim panas.

Kriteria awal bulan yang digunakan oleh masyarakat Arab juga tidak mengalami perubahan. Rasulullah SAW melalui sabdanya menetapkan kriteria awal bulan yang sudah berlaku dan akrab dalam masyarakat tersebut sebagai kriteria baku dalam sistem penanggalan yang baru (baca: penanggalan Hijriah).

Kriteria tersebut adalah penampakan hilal. Jikalau hilal telah tampak, berarti telah masuk bulan baru (new month) dan jika belum tampak maka bulan berjalan digenapkan menjadi 30 hari.

Hilal sebagai penentu

Bagi masyarakat Arab yang telah turun-temurun menggunakan luni-solar calendar, istilah hilal bukan sesuatu yang baru sehingga terminologi hilal dalam masyarakat Arab bisa dikatakan seragam. Seperti umumnya terminologi purnama ataupun bulan separuh dalam masyarakat sekarang. Oleh karena itu, Rasulullah menerima kesaksian seorang Arab Badui yang mungkin buta huruf dan kesaksian seorang kafilah yang melihat hilal dalam perjalanannya menuju Madinah dengan tanpa banyak pertanyaan tentang penampakan hilal.

Dari sini dapat dipahami hakikat hadis Nabi yang menyatakan bahwa "Kami adalah umat yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), satu bulan itu terdiri atas 29 hari atau 30 hari". Meskipun masyarakat Arab ketika itu banyak yang ummi, pengetahuan mereka terhadap siklus penampakan Bulan dan pemanfaatannya sebagai kalender sudah merata. Hal ini karena kalender yang digunakan dalam kehidupan sehari-harinya didasarkan pada siklus penampakan Bulan.

Jika seorang Arab Badui yang mungkin ummi dan seorang pedagang yang sedang dalam perjalanan dapat melihat hilal tentunya-dalam bahasa astronomi-posisi hilal sudah cukup tinggi sehingga mudah dikenali meskipun tanpa mengetahui posisi hilal terlebih dahulu.

Secara astronomi, sabit hilal dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan perhitungan (hisab) jika ketinggiannya lebih besar dari 12 derajat. Oleh karena itu, kriteria visibilitas hilal astronom dahulu mempunyai ketinggian hilal $>= 12 derajat.
Tabel 1 menunjukkan sebagian kriteria visibilitas hilal yang digunakan oleh masyarakat/astronom dahulu, seperti Al-Khwarizmi yang diketahui sebagai astronom Muslim pertama yang mempunyai kriteria visibilitas dan Ibn Yunus, seorang astronom terkenal pada akhir abad X di Fustat. Beberapa astronom Muslim lainnya, seperti Maslama ibn Ahmad al-Majriti yang merevisi tabelnya al-Khwarizmi, Ibn Ishaq al-Tunisi yang bekerja di Tunisia pada awal abad ke-13, juga mempunyai kriteria yang tidak jauh berbeda.

Hisab dan hilal

Visibilitas (rukyat) hilal merupakan sebagian permasalahan yang mendapat perhatian serius dari astronom Muslim abad pertengahan. Hal ini disebabkan kalender yang digunakan sehari-hari didasarkan pada Bulan dan awal bulan ditandai dengan penampakan hilal. Beragam kriteria visibilitas dihasilkan ketika itu.

Kemajuan ilmu astronomi dan pengetahuan astronom terhadap pergerakan dan posisi Bulan menjadikan kriteria posisi hilal untuk dapat dilihat semakin kecil. Terlebih dengan diketemukannya alat bantu observasi, seperti teleskop, membuat kriteria posisi hilal menjadi lebih kecil lagi.

Fotheringham (1910), Bruin (1977), Yallop (1997), Ilyas (1990-an), Schaefer (1988), The Royal Greenwich Observatory (RGO), dan South African Astronomical Observatory (SAAO) mengeluarkan kriteria visibilitas hilal dengan S $< 12 deg. Kriteria Danjon bahkan mensyaratkan elongasi Bulan-Matahari sebesar 7 derajat pada saat Matahari tenggelam.

Jika Rasulullah SAW mengawali dan mengakhiri puasanya didasarkan pada rukyat (visibilitas) hilal yang mudah dilihat dan dikenali oleh orang yang ummi, tentunya seperti itulah umat Islam ingin melaksanakannya. "Bukankah Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (2:185)."


Wednesday, September 19, 2007

AWAS!! Hati2 Beli Daging Untuk Lebaran.


Menjelang Lebaran, kita harus hati-hati memilih daging kalengan di pasar atau supermarket. Kemarin, Tanggal 18 September 2007 Dinas Peternakan Jawa Timur menyatakan ada 24 jenis produk kalengan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Produk daging olahan tersebut berasal dari negara yang belum bebas penyakit mulut dan kuku, sapi gila serta bovine virus diarrhea. Negara-negara itu antara lain : Malaysia, Filipina, Cina, Kanada dan masih ada negara lainnya. Semuanya produk import. (nah loh...kata siapa produk import pasti bagus ! Pakai daging lokal saja. Sedikit alot, tapi Halalan Toyyiban.)

Anehnya, produk-produk tersebut telah mendapatkan registrasi dari BPOM. (Gawat..gawat..)

Dan Lucunya

, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya menolak bertanggungjawab atas lolosnya 24 merek daging kemasan impor dari negara yang belum bebas penyakit mulut, kuku, sapi gila dan virus bovine diarrhea.

Piye to iki? Masak urusan besar begini tidak ada penanggung jawabnya? Apa pada nggak kompeten yak kok bisa-bisanya kejadian seperti ini berlangsung berulang-ulang?
kata Kepala BPOM Surabaya Sudiyatmo di kantornya Jalan Karangmenjangan Surabaya, "Kalau BPOM hanya mengurusi soal kandungan bahan kimia yang berbahaya seperti formalin atau merkuri dalam kosmetik dan sebagainya. Sedangkan, kewenangan untuk mengurusi bahan makanan dari negara yang bebas dari sapi gila atau penyakit kuku dan mulut merupakan kewenangan Dinas Peternakan,"

Namun, Sudiyatmo buru-buru menyatakan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan BPOM Pusat dalam memberikan keterangan mengenai masalah ini.

Sekedar informasi saja, baru-baru ini Kepala BPOM-nya Cina diganjar hukuman mati gara-gara kelalaian dalam meloloskan produk. Perlu tidak ya cara ini diterapkan di Indonesia biar pejabatnya tidak main-main saat ngurusi rakyat. Huh !!

Sayang sekali, Ramadhan yang mulia dicemari oleh hal-hal semacam ini.





Sunday, September 16, 2007

Malaysia : Jiran Tapi Seteru

Tahun 60-an siapa yang mengenal Malaysia sebagai Negara yang pantas disegani? Sedangkan tenaga guru berkualitas saja mereka minta bantuan dari Indonesia. Tapi itu dulu bung, dua puluh tahun kemudian, kitalah yang mati-matian minta bea siswa agar bisa sekolah di Negara tersebut. Kualitas pendidikan mereka sekarang jauh lebih baik dari pada kebanyakan sekolah / perguruan tinggi di Indonesia.

Dulu, Pertamina dengan gagahnya menerima insinyur-insinyur magang dari Petronas serta calon-calon ahli perminyakan di negeri jiran itu. Tapi sekarang? Pertamina nggak ada apa-apanya bila dibandingkan Petronas-nya Malaysia.

Cepat sekali mereka berkembang mendahului kita namun cepat pula mereka bersikap pongah dan sombong.

Tenaga kerja Indonesia yang umumnya berkualitas rendah hanyalah bahan bulan-bulanan bagi mereka. Penerapan standar ganda dalam perekrutan tenaga kerja memang sangat santer diberitakan seiring santernya bantahan dari pemerintah Malaysia tentang standar ganda tersebut. Di satu sisi, undang-undang mereka menegaskan keberpihakan pada tenaga kerja legal atau resmi namun dalam praktek, tenaga kerja illegal ternyata lebih mudah mendapatkan akses masuk ke Negara itu. Karena mempekerjakan tenaga illegal berarti mengirit biaya dan bisa memperlakukan mereka dengan seenaknya dari tidak dibayarnya gaji tenaga kerja, diperkosa oleh majikan, hingga dibunuh bila memang diperlukan. Toh akhirnya kasusnya juga akan menguap begitu saja. Belakangan, tenaga kerja resmi pun tak terlindungi oleh hukum di Negara yang serumpun dengan Indonesia itu. Banyak kasus-kasus yang seolah hilang ditelan bumi bila menempatkan orang Indonesia sebagai korbannya.

Tidak hanya urusan tenaga kerja saja mereka berani kurang ajar pada kita, untuk urusan kedaulatan Negara-pun mereka sudah berani usik-usik.

Di era Presiden Megawati Soekarno Putri, kita tentu ingat kasus pulau Sipadan dan Ligitan yang tiba-tiba jatuh ke tangan Malaysia setelah melewati Mahkamah Internasional. Kita betul-betul kecolongan dan merasa dipecundangi saat itu. (Anehnya, Megawati kok berani mencalonkan diri sebagai calon presiden lagi di tahun 2009 ya..? apa tidak malu tuh..)

Keberhasilan merebut pulau Sipadan menyulut Malaysia menjadi semakin percaya diri dengan mencoba meraih pulau Ambalat dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(Gila nggak tuh…?!). Untunglah upaya itu sampai saat ini tidak berhasil terlaksana. Sedetik saja kita lengah, satu lagi pulau kita akan hilang dari pangkuan bumi pertiwi.

Hanya segitukah tingkah gila Malaysia pada kita? Jawabannya : Tidak !!

Belakangan, wasit karate Indonesia (yang notabene mewakili Negara dalam event resmi) dihajar habis-habisan oleh beberapa orang polisi Malaysia tanpa alasan jelas. Sudah begitu, mereka menolak minta maaf atas perlakuan tidak menyenangkan tersebut yang akhirnya menyulut amarah semua warga Negara Indonesia di tanah air. Kalaupun akhirnya, permohonan maaf itu jadi disampaikan, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kita saat ini diremehkan dan dianggap tidak memiliki wibawa apapun di mata dunia internasional.

Saudara-saudara…

Asal tahu saja, tanpa kita sadari, orang-orang Malaysia telah membajak batik-batik tradisional kita untuk dijual di Negara lain. Mereka mengklaim bahwa itu adalah batik Malaysia bukan batik dari Indonesia. Nah loh…!!

Kata seorang teman, minat orang-orang eropa dan afrika terhadap batik Malaysia (baca : bajakan dari Indonesia) ternyata cukup tinggi. Apa iya? Gitu pikir saya. Lalu saya coba iseng-iseng menggunakan software Goodkeywords untuk melihat popularitas batik Malaysia di internet dan ternyata, Batik Malaysia itu menempati posisi pertama dalam pencarian dengan kata kunci Batik. Gilaaaa nggaaaaak tuuuuh…?! Haloo…itu batik Indonesia bro…bukan batik Malaysia.

Udah cukup segitu? Belum! Masih ada lagi.

Angklung sebagai alat musik tradisional dari Indonesia diklaim sebagai alat musik asli dari Malaysia. Saya mendengarnya dari Liputan 6 SCTV siang tadi di TV tentunya. Apakah hal ini mau dibiarkan gitu aja..?

Sobat, dulu saya menganggap slogan GANYANG MALAYSIA dari Presidan Soekarno adalah sesuatu yang berlebihan dan keterlaluan. Tapi sekarang, sudah saatnya kita berkata TIDAK ! pada Malaysia demi menjaga integritas bangsa Indonesia tercinta.



Friday, September 7, 2007

Refleksi Menjelang Ramadhan

Dengan uang kita dapat membeli Jam Rolex tapi tidak dapat membeli waktu. Kita bisa mati kapan saja tanpa sempat menyelamatkan uang kita.

Dengan uang kita dapat membeli tempat tidur tapi tidak dapat membeli rasa mengantuk. Saat banyak orang mengalami susah tidur, sebagian lainnya justru memanfaatkan bulan ramadhan dengan tidur seharian dengan alasan beribadah. Untuk itukah alasan kita berpuasa agar kita bisa bermalas-malasan?

Dengan uang kita dapat membeli buku tapi tidak dapat membeli ilmu. Jangan bangga dengan ratusan buku di perpustakaan pribadi anda karena tugas dan tanggung jawab amat besar terhadap umat telah menanti anda.

Dengan uang kita dapat menjadi dokter tapi tidak dapat membeli kesehatan jasmani dan rohani. Mari kita manfaatkan bulan ramadhan ini untuk menyehatkan jasmani dan rohani kita dengan sebaik-baiknya.

Dengan uang kita dapat membeli jabatan tapi tidak dapat membeli keinginan kita untuk dihargai. Tak peduli apa jabatan anda, anda tetap harus menghargai mereka yang berpuasa agar anda dihargai oleh orang lain.



Dengan uang kita dapat membeli darah tapi tidak dapat membeli kehidupan. Jangan bermimpi menjadi penghisap darah (makan harta) orang lain kalau kita tidak ingin menjadi bagian dari sejarah suram kehidupan manusia.

Dengan uang kita dapat membeli sex tapi tidak dapat membeli cinta. Tak ada yang lebih mencintai kita selain Allah SWT dan Rasul-Nya.

Banyak hal yang tidak bisa kita beli dengan uang.

Mumpung masih sempat, beramal shalehlah. Bayarlah zakat anda sesuai syariat. Tunaikanlah ibadah haji ke baitullah, Santunilah fakir miskin dan anak terlantar, Manfaatkanlah harta anda untuk mencapai derajat takwa.

Siapkan diri untuk menyambut Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya karena tahun depan mungkin kita tak akan bertemu lagi dengan Ramadhan bulan penuh berkah dan ampunan.

Inga’ inga’ (thing !)

Allah tidak pernah rugi secuilpun walaupun seluruh isi bumi ini ingkar pada-Nya.

Tuesday, September 4, 2007

ATAS BIAYA DINAS

Kata para pakar perilaku konsumen, umumnya saat kita mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari seseorang atau dari sebuah institusi, kita cenderung untuk diam saja sambil sesekali menceritakan pengalaman kita pada orang lain. Tapi perilaku yang ama tidak berlaku bila suatu ketika kita mendapatkan pelayanan yang buruk dan mengecewakan. Tak perlu waktu lama untuk menceritakan keburukan itu pada semua orang yang kita kenal bahkan yang tidak kenal pun kebagian ceritanya. Tidak adil? Iya memang itulah perilaku sehari-hari kita sebagai manusia biasa.

Lalu muncul sebuah pertanyaan :

Kapan terakhir kali Anda menceritakan kejujuran atau kebaikan seseorang kepada orang lain? Pertanyaan ini bisa jadi susah untuk dijawab atau sebaliknya tergantung dari kebiasaan Anda sendiri.

Surabaya adalah tempat yang sangat jauh dari Klaten tempat tinggal saya. Tapi ada cerita menarik dari sana tentang kejujuran Surabaya Plaza Hotel dalam menegakkan nilai-nilai etis yang pantas untuk ditiru pengelola hotel lainnya.

Hehehe... bukan bermaksud promosi sih, lha wong saya juga tidak bekerja disana dan tidak punya teman atau keluarga yang bekerja disana. Menginap disana juga belum pernah. Hanya tertarik untuk menjawab pertanyaan diatas tadi.
Mari kita simak

Surabaya Plaza Hotel menerapkan aturan yang langka di jaman sekarang. Mereka menuliskan di wilayah reception sebuah surat pemberitahuan yang kira-kira berbunyi :Hotel kami tidak bersedia menerbitkan kuitansi yang tidak sesuai dengan fakta konsumsi jasa yang benar-benar digunakan oleh tamu hotel.

Asal tahu aja, praktik gross-up kuitansi dan penerbitan kuitansi palsu oleh banyak hotel adalah hal yang biasa dilakukan. Peminat kuitansi semacam itu adalah para tamu hotel bermotif bisnis yang menginap dengan fasilitas Biaya Dinas. Sehingga, pihak pemberi tugas harus membayar lebih mahal, sedangkan biaya dinas untuk akomodasi dan konsumsi bisa dijadikan tambahan penghasilan. Ada juga motif lain seperti misalnya, tugas kerja 4 hari, menginap di hotel hanya 1 malam lalu minta kuitansi palsu agar ditulis menginap selama 4 hari. Selebihnya ia bermalam di rumah saudaranya di kota tersebut.

Pada minggu-minggu pertama kejujuran pihak Surabaya Plaza Hotel itu mendapat cibiran. Beberapa tamu batal check in atau mempersingkat kunjungan masa tinggalnya. Namun setelah beberapa bulan, mulai terlihat kenaikan occupancy rate secara konsisten dan signifikan. Ternyata, ini adalah kebijakan para employer yang biasa mengirimkan para karyawannya sebagai tamu di hotel tersebut. Para pemilik usaha mulai tegas memerintahkan karyawannya agar menginap di hotel tersebut bila sedang menjalankan tugas di kota Surabaya karena pertimbangan adanya jaminan kebenaran tagihan dan pengendalian biaya.

Wow...keren.

Kita, para orang-orang jujur pantas mendukung langkah yang diterapkan oleh Surabaya Plaza Hotel agar tetap konsisten di jalur yang etis dalam berbisnis. Faktanya, hal itu tidak membuat mereka menjadi hancur tapi justru mendapat acungan jempol dan kepercayaan dari banyak orang.

Jika Surabaya Plaza Hotel menjadi semakin populer karena postingan saya ini, anggap saja itu adalah buah dari sebuah kejujuran mereka sendiri.

Sekarang ini mulai banyak para pemilik usaha yang coba-coba menguji kejujuran pihak hotel. Mereka menginap sebentar lalu minta kuitansi palsu. Kalau berani ngasih kuitansi palsu, jangan harap dia akan kembali ke hotel itu.

Dan...

Kapan terakhir kali Anda menceritakan kejujuran atau kebaikan seseorang kepada orang lain?


Thursday, August 30, 2007

KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN BEREKSPRESI

Apa yang terjadi jika suatu ketika Anda bertemu dengan orang afrika berkulit gelap lalu Anda meneriakinya dengan menirukan suara monyet? Yang terjadi adalah Anda akan dianggap sebagai seorang yang rasialis.

Atau jika Anda sedang berada di barat lalu Anda mencoba merayakan sesuatu atas kegembiraan Anda dengan mengangkat satu tangan ala NAZI di jaman perang dunia ke-2, maka Anda akan dianggap sebagai kelompok Anti Semit (bener nggak nulisnya?) yang anti Yahudi dan pasti akan dikecam habis-habisan oleh orang-orang barat.

Tapi apa yang terjadi jika suatu ketika ada orang menggambar Nabi Muhammad diatas tubuh seekor anjing atau mengatakan kepada publik bahwa Alqur’an adalah ayat-ayat setan?

Maka mereka (orang-orang barat) akan menyebutnya KEBEBASAN BEREKSPRESI.

Nggak percaya..? Lihat kasus Salman Rushdie dari Inggris.

Hari ini saya membaca koran lokal yang memuat judul KARTUN NABI ADALAH PENGHINAAN. Awalnya saya mengira itu berita lama yang terjadi di Denmark, yang dimuat di harian Jyllansposten. Di harian itu dimuat karikatur Nabi Muhammad SAW yang digambarkan sebagai pria haus wanita, tahta, dan darah. ternyata ada lagi yang baru di bulan Agustus ini.

Seorang seniman Swedia Lars Vilks menggambar kartun kepala Nabi Muhammad SAW berada di badan seekor anjing.Harian lokal di Oerebro, Swedia, Nerikes Allehanda telah mempublikasikan kartun tersebut.

Orang-orang barat selalu mengatakan bahwa kelompok Islam garis keras seperti HAMAS di Palestina atau Hizbullah di Lebanon adalah sekelompok orang yang tidak mampu melepaskan diri dari dari kebencian dimasa lalu. Lalu bagaimana dengan sekelompok orang semacam Lars Vilks ini?

Bagi saya, kadangkala kelompok garis keras itu dibutuhkan juga untuk mengatasi manusia-manusia yang mencoba menghina Rasulullah SAW dengan tameng Kebebasan berekspresi seperti yang dilakukan Lars Vilks ini.

Jika menurut Anda diam adalah Emas, sebaiknya cari tempat berdiam diri yang tahan lama sekalian yaitu di......cemetery.

BRING ME BACK MY KID SONGS


Casilda adalah nama putri semata wayangku. Usianya baru  genap 20 bulan. Entah mengapa hingga sekarang putri cantikku ini belum bisa berjalan. Setiap saat ia hanya berlari, berlari dan berlari. Tidak pernah ia langkahkan kakinya dengan pelan seperti layaknya putri solo yang anggun dan menawan. Sesekali ia menabrak ini menabrak itu atau jatuh terjerembab. Untunglah ia bukan anak kecil yang cengeng. Segera saja ia berdiri lalu berlari lagi

Sejak dini kuperkenalkan dia pada komputer. Akibatnya, seringkali ia menggangguku saat berada di depan computer. Namanya juga anak-anak, ia gerak-gerakkan mouse lalu Brak…Brak…keyboard pun tak luput menjadi sasaran. Percuma nih punya barang bagus kalau begini

Belakangan ini, hampir setiap malam ia mengigau musik. Ya, dia
bernyanyi dalam mimpinya. Dengan kalimat yang tidak begitu jelas dan hanya
dipahami Abi dan Umi-nya, dia menyanyi MIMPILAH…sebuah lagu berjudul "Bersama
Bintang
" yang dipopulerkan grup band DRIVE.

Lalu dilain waktu saat bermain dengan keluarga, dia menyanyi lagi. Kali ini kalimatnya SOO DON EBI….Apa itu? Pikirku. Ternyata dia menirukan lagu dari band cewek SHE berjudul SLOW DOWN BABY.

Lebih awal lagi beberapa minggu lalu saat aku lagi asik
mendengarkan lagu-lagu favoritku lewat winamp, dia menarik tanganku sambil
berkata JAYONG…JAYONG…awalnya aku nggak ngerti apa maksudnya. Ternyata kata si
umi, dia minta lagu KUCING GARONG. Gaaawaaaaattt……

Saat itulah baru kusadari, bahwa putri kecilku lebih suka menyanyikan lagu-lagu orang dewasa daripada lagu-lagu yang diajarkan oleh orang tuanya. Setiap kali kami ajarkan lagi CICAK DI DINDING, ia enggan menirukannya. Kalaupun mau menirukan itupun langsung di bagian akhir lagunya, AYU ATAP (Lalu ditangkap). Baru ngomong cicak-cicak di dinding sudah ditangkap. Aduuhh…

Lalu kusadari bahwa ketiga lagu yang ia tirukan semuanya ada di televisi kita dan menjadi soundtrack sinetron di saat prime time. Udah begitu, tiap hari lagi. Lalu kemana lagu anak-anak kita?

Lagu anak-anak sudah mati kali ya…udah nggak ada lagi di jaman sekarang ini. Yang menyanyikan lagu satu ditambah satu sama dengan dua orangnya sekarang sudah punya anak. Dulu, Lagu Pangeran Dangdut yang dinyanyikan Ebiem Ngesti populer banget. Sekarang orangnya sudah mati. Si OBOK-OBOK, Joshua udah tambah gede. Agnes Monica juga sudah dewasa. Lalu mana generasi berikutnya? Kalau begini siapa yang salah?

Harapan saya sih, sekali-kali lah Ian Kasela, Ariel Peter Pan,
Dhani Dewa atau Bams Samson ciptain lagu buat anak-anak Indonesia. Mereka kan
punya anak kecil juga. Yah, paling tidak nostalgia masa kecil lah…biar nggak
kekeringan begini. Kalau sudah begini, kan kita para orang tua yang repot kalau
anak-anak kecil sudah ber I LOVE YOU..I LOVE YOU..atau ber-KUCING GARONG ria
padahal seharusnya mereka punya lagu sendiri untuk anak-anak seusia mereka.

Sunday, August 26, 2007

DENIAS OH DENIAS


Sutradara : John De Rantau
Pemain: Albert Fakdawer, Michael Indonesia Idol, Mathias Muchus, Marcella Zalianty
Produksi: 2006
Negara : Indonesia
Genre : Drama
Durasi : 110 Min
Bahasa : Indonesian

Ini baru film oke...itu komentarku setelah nonton film ini. Walau telat setahun, gak apa-apa lah..

Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal

itu sinopsis yang menggugah minatku untuk menonton film ini. Film-film barat banyak yang mengangkat tema seperti ini. Tapi ini film Indonesia bo...jarang banget ada film Indonesia seperti ini. Paling-paling film horor yang sok serem justru malah bikin ketawa. So, saya rekomendasikan film ini untuk Anda tonton.

Film Denias, Senandung di Atas Awan ini memang film yang mengusung tema tentang dunia pendidikan. Sebuah langkah yang terbilang berani, di tengah derasnya tema pop seperti horor dan cinta remaja. Mengingat produser film ini Alenia Pictures dan EC Entertainment adalah "pemain" baru di kancah perfilman nasional. Mereka menyebutnya obsesi dan idealisme untuk menampilkan sesuatu yang jarang tersentuh dan berbeda.

Film ini berdasarkan kisah nyata dari seorang anak Papua bernama Janias yang kini bersekolah di Darwin, Australia. Sosoknya ditransfer menjadi tokoh Denias (diperankan Albert Fakdawer yang selama ini dikenal sebagai juara sebuah kontes bakat bernyanyi sebuah stasiun televisi). Denias berasal dari sebuah suku yang tinggal di kaki gunung Jayawijaya yang selalu diselimuti kabut. Dari sana dia membangun cita-cita melihat dunia.

Mau tahu kelanjutannya, tonton aja filmnya...

Saturday, August 25, 2007

TAKUT PASIR HISAP

 


Beberapa waktu lalu
saya nonton film House of Baskervilles yang diangkat dari novel karya Sir
Arthur Conan Doyle. Ceritanya, waktu Sherlock Holmes mengejar seorang pembunuh
dari keluarga Baskervilles ia terperosok ke dalam rawa dan nyaris tenggelam
dalam kubangan Lumpur tanpa mampu melepaskan diri. Si pembunuh ini kemudian
mendekat kearah Sherlock Holmes. Sambil mengarahkan pistolnya ia memberikan
nasehat bahwa untuk melepaskan diri dari Lumpur rawa hanya ada satu cara yaitu
mencoba untuk berbaring agar tubuhnya terangkat naik lalu berusaha untuk
berenang ke tepian.



 


Lalu saya teringat
fenomena pasir hisap yang kerap terjadi di padang pasir apakah segitu bahayanya.
Setelah mencari data kemana-mana, ternyata pasir hisap tidaklah semengerikan
yang digambarkan dalam film-film. Umumnya pasir hisap hanya sedalam kaki saja
dan nggak sampe menenggelamkan orang hingga mati.


 


Pasir hisap adalah
fenomena alam dimana tanah yang padat berubah karena dipenuhi air. Dalam bahasa
inggris disebut quicksand, dimana quick diartikan cepatnya berubah ketinggian
pasir saat berada dalam kondisi semi basah.


 


Pasir hisap bukanlah
jenis tanah tersendiri, melainkan hanya pasir atau semacam butiran tanah. Pasir
hisap tidak lain kayak campuran air dan pasir, dimana pasir mengapung diatas
air. Kondisi ini bisa terjadi dimana saja pada kondisi yang tepat.


 


Cara melepaskan
diri


Seandainya seseorang
sampai tercebur ke pasir hisap, yang harus dilakukan adalah tetap tenag dan
mengurangi gerak tubuh. Kerapatan tubuh manusia adalah 1 g/cm kubik dan mampu
mengambang di air. Pasir hisap memiliki kerapatan yang lebih besar dari air,
sekitar 2 g/cm kubik. Ini berarti orang akan lebih mudah mengambang di pasir
hisap bila dibandingkan di air. Karena itu, kuncinya adalah tidak panik dan
menggerak-gerakkan tangan di seputar pasir. Tapi ia harus bergerak pelan dan
membawa tubuh ke permukaan, kemudian berbaring, maka ia akan berada dalam posisi
aman. Disebutkan pula dengan melebarkan tangan dan kaki saling berjauhan, maka
permukaan tubuh akan jadi lebih luas dan membantu kita mengambang ke permukaan
aman.


 


Nah, kemungkinan
orang-orang yang bergerak-gerak itu saja yang ditampilkan di film-film aksi
bahkan sampai tenggelam segala. Tidak seseram itu kok. So, jangan takut
ya..Asalkan tidak panik, semuanya pasti beres.


 




Monday, August 20, 2007

PITULASAN

Kata orang, pas banget bagi kita bangsa Indonesia bicara soal nasionalisme dan patriotisme di bulan Agustus ini. Kalau kata saya sih, bulan apapun nasionalisme harus terus ditumbuhkan ya nggak..?

Ada kisah menarik di Skotlandia tentang Irn-Bru.

Irn-Bru adalah minuman ringan yang lebih ngetop dibanding Coca-cola. Ketika McDonalds membuka cabangnya di Glasgow dan tidak menjual Irn-Bru, warga disana menganggap itu adalah sebuah penghinaan dan tidak lama kemudian restoran itu langsung diboikot.



Saya tidak tahu apakah kemudian restoran itu menjual Irn-Bru atau tidak, yang menarik adalah sikap dan kecintaan mereka terhadap produk asli dalam negeri patut mendapatkan acungan jempol. Warga Glasgow tampaknya sadar betul ancaman globalisasi ekonomi yang dicanangkan oleh Negara-negara maju bermodal besar bakal mengobrak-abrik perekonomian negara jika tidak ditumbuhkan rasa saling memiliki dan menyintai produk dalam negeri. Apalagi jika invasi itu datang dari Negara besar macam Paman Sam, bisa lebih gawat lagi. Sedangkan untuk urusan sepak bola saja negeri para highlander ini menganut falsafah BOLEH KALAH DARI NEGARA LAIN ASALKAN TIDAK KALAH DARI INGGRIS. Kita tahu Inggris adalah sekutu nomor satu AS dalam segala hal termasuk mengikuti saran AS untuk tidak ikut-ikutan aktif menyukseskan peredaran mata uang EURO di eropa dan dunia.

Saya lalu mencoba membandingkan dengan kisah seorang kawan yang secara khusus minta dikirimi bendera AS ukuran besar kepada kakaknya yang sedang melancong kesana. Lalu bendera itu dipasang di kamar kosnya dengan penuh rasa bangga serta memamerkannya pada semua orang sedangkan bendera Indonesia seharga 8 ribu rupiah saja dia tidak mau beli.

Sendiriankah teman saya itu..? jawabannya, TIDAK.

Kalau kita jeli, di banyak tayangan sinetron Indonesia peristiwa itu sering terjadi dan tampak menjadi tren. Misalnya, Raffi Ahmad pernah berakting diatas tempat tidur dimana bedcovernya bermotif bendera AS. Ada juga seorang artis berakting dengan mengenakan t-shirt bermotif bendera Inggris dan masih banyak lagi. Sepele tapi perlu direnungkan.

Lebih konyol lagi, baru-baru ini saya mendapat email dari seseorang yang mengkritik serta menjelek-jelekkan iklan Pertamina di televisi yang dia anggap telah meracuni pikiran masyarakat dengan spirit nasionalismenya. Selidik punya selidik, ternyata yang bersangkutan adalah orang Indonesia yang bekerja si perusahaan minyak asing, SHELL.

Ya emang sih..manajemen dan pelayanan Pertamina selama ini terkenal payah kuadrat. Tapi sepertinya kita sama payahnya deh dengan mereka.

So, whot du yu thing? JAYALAH NEGERIKU !!


Wednesday, August 15, 2007

RUN..RUN..

Suatu ketika dua orang kakak beradik terbakar saat akan menyalakan perapian di sekolah tempat mereka bekerja. Si kakak akhirnya tewas dan si adik terluka parah. Kaleng yang mereka kira berisi minyak tanah itu ternyata berisi bensin.

Dokter yang merawat si anak yang terluka menyarankan untuk mengamputasi kaki anak muda itu. Orang tuanya sedih. Mereka sudah kehilangan satu anak, dan sekarang anak mereka yang satunya lagi akan kehilangan kakinya. Tapi mereka tak kehilangan iman. Mereka meminta dokter untuk menunda amputasi itu. Dokter menurut. Setiap hari mereka meminta penundaan pada dokter, berdoa agar kaki anak mereka bisa sembuh dan ia menjadi baik kembali. Selama dua bulan, kedua orangtua itu dan dokter berdebat tentang amputasi itu. Mereka menggunakan waktu ini untuk menanamkan keyakinan pada anak itu bahwa suatu hari nanti ia akan bisa berjalan lagi.



Mereka tidak jadi mengamputasi kaki anak itu, tapi saat balutannya akhirnya dibuka, terlihat bahwa kaki kanannya hampir 8 cm lebih pendek daripada kaki kirinya. Jari kaki kirinya hampir semuanya terbakar. Tapi anak itu bertekad kuat. Meskipun sakit, ia memaksa dirinya berlatih setiap hari akhirnya berhasil melangkah beberapa langkah. Sambil terus pulih perlahan-lahan, pemuda itu akhirnya membuang kruknya dan mulai berjalan normal. Tak lama kemudian, ia dapat berlari.

Bukan lari sekedar berlari, Beberapa tahun kemudian larinya yang cepat mampu memecahkan rekor dunia lari satu mil. Ia adalah Glenn Cunningham manusia tercepat di dunia dan dijuluki atlet abad ini oleh Madison Square Garden.

Sobat...tak semua orang seberuntung Glenn Cunningham yang diberi kesempatan kedua oleh Allah untuk memperbaiki hidupnya. Dan ia cukup tahu diri untuk berterima kasih atas apa yang dikaruniakan Tuhan padanya saat sebagian besar orang acuh atas karunia dari Tuhannya.

Friday, August 10, 2007

GEMPA

Tidak ada satu tempat-pun di Indonesia yang seratus persen aman dari ancaman gempa. Itu berarti, tidak ada satu tempat-pun di pesisir pantai yang seratus persen aman dari ancaman gelombang tsunami. Lihat gambar di bawah ini. ini adalah gambar yang menunjukkan kerapatan gempa di seluruh dunia.

Lalu lihat posisi rawan kepulauan Indonesia disana.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Kamis dini hari lalu, gempa kecil kembali dirasakan masyarakat Klaten dan sekitarnya. Belum pulih rasa trauma akibat bencana serupa satu setengah tahun yang lalu yang telah merenggut banyak nyawa, sebagian orang yang masih terjaga kembali panik lalu membangunkan anggota keluarga yang lain sambil berlarian keluar rumah kami teringat kembali bencana mengerikan itu padahal recovery atas bangunan fisik dan ekonomi belum sepenuhnya beres. Belakangan diketahui, gempa berkekuatan 7,3 skala richter itu bersumber dari Indramayu-Jawa Barat.

Posisi Indonesia ternyata terletak di pertemuan beberapa lempeng kerak bumi Sehingga indonesia menjadi daerah yang sangat rawan gempa. Bahkan Indonesia menjadi pertemuan dua buah Rings of Fire alias rentetan gunung api dan pusat gempa akibat pertemuan lempeng-lempeng kerak bumi. Nama daerah-daerah di Indonesia rajin sekali muncul di dalam daftar aktivitas gempa terkini di situs USGS National Earthquake Information Center. Demikian pula, karena posisinya yang berupa rangkaian kepulauan, banyak daerah-daerah di Indonesia yang rawan tsunami; masih teringat tsunami besar yang terjadi di Aceh dan flores kan..?.

Meramalkan bencana?

Sampai saat ini kita belum bisa meramalkan terjadinya gempa bumi. Yang bisa dilakukan adalah mencegah jatuhnya terlalu banyak korban. Tidak mungkin mengosongkan seluruh daerah rawan gempa dari penduduk. Konstruksi tahan gempa adalah salah satu alternatif. Demikian pula dengan tsunami, tidak mungkin mengosongkan seluruh daerah pantai di sekitar daerah rawan gempa.

Yang mungkin adalah mengadakan sistem peringatan dini dan prosedur evakuasi manakala peringatan dini terjadi. Memang ini tidak menyelesaikan seluruh masalah karena apabila pusat gempa terjadi tidak jauh dari pantai, tsunami bisa datang dalam hitungan menit sehingga tidak mungkin ada kesempatan untuk melarikan diri. Tapi prosedur evakuasi masih bisa dilakukan untuk berjaga-jaga manakala gempa yang mungkin menimbulkan tsunami terjadi jauh dari daerah kita sehingga memberi kesempatan untuk evakuasi.

Bukan hal yang gampang dan jelas dibutuhkan biaya yang besar untuk ini. Pendidikan pada masyarakat harus diberikan dan ini tidak mudah. Seringkali pengungsian setelah adanya peringatan tidak berjalan dengan baik karena masyarakat butuh bekerja dan makan. Para penduduk desa di lereng Merapi yang dulu sempat diterjang 'wedus gembel' alias glowing avalanche atau aliran gas, bebatuan dan debu super panas di tahun 1994 pun segera kembali ke tempat tinggalnya lagi setelah diungsikan. Mereka butuh tempat tinggal dan lahan bercocok tanam. Cerita serupa pasti terjadi juga di daerah-daerah rawan bencana lain di Indonesia. Maka kembali lagi, harus kita pikirkan tindakan-tindakan yang bisa mengurangi jumlah korban yang bisa kita lakukan. Alam (atas izin Allah) memang terlalu kuat untuk kita lawan.

Makanya, saat ini sangat dibutuhkan para sarjana yang mampu merancang rumah tahan gempa di Indonesia. Jika Anda mampu mewujudkannya dan terbukti ampu, maka bukan hanya keuntungan finansial yang akan Anda peroleh, Insya Allah Anda juga akan masuk surga hehe…

Kalau saya sih, tidak bisa melakukan itu. Lha wong bikin kandang burung aja nggak bisa. Serahkan pada ahlinya gitu kata Fauzi Bowo dalam kampanye politiknya. Kalau Anda memang ahlinya, segeralah bertindak !!



Monday, August 6, 2007

RUMAH

Wakil Presiden Jusuf Kalla menelan kekecewaan ketika meninjau proyek Seribu Rumah Susun di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat 3 Agustus 2007 kemarin. Kekecewaan Wapres Kalla sempat membuat undangan yang hadir terdiam sejenak. Kalla terkejut saat mengetahui lahan yang dipergunakan untuk perumahan rakyat hanya tiga hektare. Padahal, total lahan yang tersedia mencapai 480 hektare.
"Mengapa aset negara ini dibeginikan? Ini tanah rakyat, kenapa diperjualbelikan? Rumah susun yang dibangun juga sangat mahal. Mana bisa rakyat membelinya," ujar Kalla sebelum memasuki ruang VIP Spring Hill Golf Residence Kota Baru Bandar Kemayoran, tempat dilakukannya pemaparan. itu berita hari jum'at lalu

Hehe..rumah susun untuk rakyat kecil aja mahal, gimana dengan rumah elit? Gawatnya lagi, para pengembang di jakarta sono lebih suka nggarap proyek kawasan elit daripada rumah susun model beginian. Penting banget ya rumah elit itu? Gaya hidup atau kebutuhan sih?

Ya..nggak masalah sih punya rumah besar, megah dan wah. toh itu hak asasi manusia kan..?


Saya jadi ingat kisah seorang penganut Tasawuf Nidzam al-Mahmudi yang sebenarnya kaya raya tapi memilih membangun rumah yang sederhana di kampung terpencil lagi. Namun dia tetap aja bahagia. Bukan karena di zaman itu belum ada Televisi, DVD, atau MP3 tapi beliau punya alasan khusus dengan kebijakan itu.

Alasan itu dikemukakan saat seorang anaknya bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?""Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil," jawab sang sufi yang tidak terkenal itu. "Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Sehari-harian ia Cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya. Dan ia terlepas dari alam bebas yang indah ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Alloh."

"Kedua, dengan menempati sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih nyaman.

Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?"

Lalu beliau berpesan pada anaknya, "Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahkluknya. Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja."

So, bagaimana menurut Anda?


Thursday, August 2, 2007

GAMBAR APA NIH?


Mungkin karena terlalu sering posting materi Wisdom di blog ini, ada seorang kawan yang njanur gunung alias tumben ngirimi saya e-mail tantangan buat saya. Dia ngasih gambar di sebelah ini dan meminta saya untuk menebak gambar apa disana.

Ya saya jawab aja : Itu gambar Katak.

Dia menjawab : Benar. Tapi masih ada satu lagi gambar hewan disana. Coba tebak.

Waah..pusing tujuh keliling saya nyari gambar apa lagi disana. Saya pelototi beberapa lama gak ketemu juga. Penasaran, saya Tanya lagi pada yang bersangkutan Ee…malah dia tertawa senang melihat penderitaanku.

Dia nggak mau jawab dan hanya ngasih clue, kalau mau lihat gambar hewan lainnya, Kamu harus mencoba merubah Point of View atau sudut pandangmu terhadap gambar itu. Semoga berhasil, gitu katanya. Padahal sudut pandang saya sudah terlanjur mengatakan itu gambar Katak jadi perlu waktu lagi untuk merubah sudut pandang saya kan..Mungkin ini satu pelajaran yang coba ia berikan pada saya. Makin penasaran, Kucoba sekali lagi dan…..

Tidak berhasil !! Capek deh….

Lalu saya teringat kata Mister Tanadi Santoso, MBA yang mengatakan bahwa :

Untuk berhasil atau sukses, Anda tidak perlu tahu segala hal secara rinci. Yang paling penting adalah Anda tahu dimana harus mencari jawaban atas persoalan yang sedang Anda hadapi.



Hehehe…lalu saya posting gambar ini di blog dan berharap ada diantara Anda para pembaca blog saya yang dapat memecahkan rahasia dibalik gambar itu dan memberitahukan caranya pada saya. Gitu lho saudara…...Semoga berhasil.

UPDATE 6 Agt 2007

Wah...ketemu juga akhirnya. Atas saran dari mister TOPIJRAMI, akhirnya gambar kedua ketahuan juga rimbanya. puter aja 90 derajat ntar jadi jelas gambarnya. Muncul gambar KUDA. Hanya begitu..? iya nih. Hal yang sederhana aja perlu seminggu mikirnya. ternyata mencoba dan pantang menyerah itu penting ya...

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

HERMAWAN KERTAJAYA DAN EKONOMI ISLAM


Saat iseng-iseng membuka koleksi file-file di komputer, Ee…gak nyangka nemu tulisan ini di hard disk. Sebuah tulisan yang pernah dikirimkan seorang kawan lewat e-mail kira-kira setahun (atau dua tahun) yang lalu. Saya pikir daripada disimpan terus dan karatan, mendingan disebar luaskan aja. ya nggak..?


Guru marketing Hermawan Kartajaya ternyata sudah beberapa lama bergaul dengan praktisi keuangan syariah. Ia mulai fasih mengatakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Beragama Katolik, Hermawan malah berniat ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan wawancara sesaat setelah peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta.

Sebetulnya apa beda marketing syariah dan konvensional?


Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip yang disalah artikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim.

Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?


Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut meng endorse marketing syariah. Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syariah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil alamin itu.

Apa nilai inti marketing syariah?


Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara benar.

Bagaimana muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing


Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient.

Apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan?


Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat bisnis itu harus jujur.

Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah


Syariah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syariah. Karena jika orang marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan profesionalitas kita.

Jadi, jujur saja tidak cukup.


Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama


Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa islam itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang meng endorse itu orang Islam, bukan yang lain.

Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis?

Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke depan akan mengemuka. Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.

Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan


Islam agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai.

Itulah pendapat Bung Hermawan soal Ekonomi Islam yang menurut Gus Dur adalah “Kapitalisme gaya baru”. (Wuih..! keras deh. What do you think?).

Hermawan Kertajaya adalah seorang pakar marketing yang telah diakui kredibilitasnya. Nggak hanya di Indonesia lho…Beliau pernah pula menyabet gelar 50 gurus who have shaped the future of marketing oleh CIM-UK, bersama satu wakil Asia lainnya , Yakni Kenichi Ohmae dari Jepang pada tahun 2003. Artinya, dengan nama besar seperti itu, Hermawan Kertajaya tidak asal bicara.

Sebagai pedagang kelas kecil, Saya punya pengalaman pribadi tentang masalah ini. Tapi sebelumnya jangan kaget apalagi sewot bila tidak berkenan di hati.

Beberapa bulan lalu, secara mendadak saya butuh dana beberapa juta rupiah yang harus cair dalam lima hari. Pas gak ada duit lagi. Wah, gawat !!. Biar tidak kehilangan peluang, saya pinjam kendaraan ibu saya untuk di sekolahkan di Lembaga Keuangan. Kebetulan ibu saya punya tabungan di sebuah BPR (konvensional) dan sebuah BMT (Syariah).

Pertama, saya datang ke BMT mengajukan pinjaman. Ternyata, prosedur pengajuan pinjaman di BMT antara nasabah dan bukan nasabah diperlakukan sama (Hiks..). Saya harus mengisi formulir, mendapat persetujuan dari RT/RW setempat, persetujuan Takmir Masjid atau tokoh masyarakat, udah begitu tempat usaha saya nanti akan di survey dan harus menunggu selama satu minggu untuk diputuskan diterima atau ditolak.

Kok saya tahu perlakuan antara nasabah dan bukan nasabah sama? Sekitar tiga tahun yang lalu, saya pernah pula mengajukan pinjaman sebagai nasabah baru ke BMT lain yang ternyata prosedurnya sama persis. Setelah menunggu seminggu, permohonan saya ditolak dengan alasan usaha peternakan sedang tidak diprioritaskan saat itu (Aah…Bilang dong dari dulu !). Lucunya lagi, tokoh masyarakat yang menandatangani surat permohonan saya adalah salah satu tokoh yang mengelola BMT tersebut. Jadi tambah aneh kan..?

Singkat cerita, saya batalkan rencana itu dan mencoba beralih mendekati BPR. Hasilnya, begitu mengenali nama ibu saya (nama ibu saya memang pendek, jadi tidak punya nama besar hehe…), mereka langsung sigap. Set..set..set..semua berkas disiapkan. Mereka bahkan mau datang ke rumah untuk membereskan syarat yang belum beres. Dua hari kemudian uang sudah ada di tangan saya tanpa pakai survey (karena sudah percaya) dan tidak pake syarat aneh-aneh.

Setelah itu, saya tidak pernah lagi main apalagi berurusan dengan BMT Syariah. Nah…gimana dengan Bank besar macam Bank Muamalat atau Bank Syariah Mandiri misalnya. Jujur saja saya belum pernah berurusan dengan Bank Syariah besar, jadi tidak bisa kasih comment. Dalam hati saya sebenarnya masih percaya system Ekonomi Syariah itu bagus. Lha wong saya sendiri kuliah di fakultas ekonomi, diajarkan ekonomi islam 4 SKS (sedikit ya..), punya beberapa buku tentang ekonomi islam dan juga Aktivis ormas Muhammadiyah gimana nggak percaya tentang ampuhnya system ini. Tapi Rahmatan lil Alamin kan harus diimbangi pula dengan Manajemen yang baik kan? Kalau manajemennya seperti itu, mungkinkah terwujud Rahmatan lil Alamin lewat Ekonomi Islam? Wallaahu a’lam Bishawab. Please comment.


Wednesday, August 1, 2007

KARAKTER KITA

Wah..lama menghilang dari dunia maya. posting lagi ah..

Cerita ini pernah saya dengar dari seorang usahawan sukses sekitar dua tahun lalu di sebuah Radio bisnis terkemuka di kota Solo. Kebetulan aja kok masih lengket di ingatan saya.

Cerita di bawah ini adalah sebuah joke atau lelucon menarik tentang perbedaan karakter yang dapat kita gunakan sebagai sumber inspirasi untuk memahami karakter orang lain.

Ada sebuah kapal pesiar besar yang pada suatu hari tenggelam. Hanya ada tiga orang yang selamat. Tiga orang ini yang terdiri dari satu orang jerman, satu orang amerika dan satu orang Indonesia bersama-sama menaiki sepotong kayu. Saat terapung di laut, mereka tiba-tiba menemukan sebuah gentong. Setelah dilihat ternyata didalam gentong itu ada sebuah lampu. Orang Indonesia lalu berkata, “Wah, jangan-jangan ini lampu Aladin! Digosok yuk!”


Setelah digosok ternyata dari dalam lampu tersebut benar-benar keluar jin. Dan seperti biasa, jin yang bertubuh tinggi, besar dan berkulit hitam itu berkata, “Anda berhak mengajukan tiga permintaan. Saya bisa mengabulkan apapun yang Anda minta!”

Karena mereka bertiga, maka masing-masing berhak atas satu permintaan. Yang pertama kali mengajukan permintaan adalah orang Jerman. Orang Jerman dikenal sebagai pribadi yang sangat efektif dan efisien. Hanya dengan berpikir sebentar, ia berkata, “Saya mau pulang ke negara asal saya, kerumah saya dengan segera.” Puff! Seketika itu juga orang Jerman itu menghilang, kembali ke rumahnya dan berkumpul dengan keluarganya.

Melihat itu, orang Amerika berpikir, “Wah, jin ini pasti hebat, sayang saya cuma punya satu permintaan. Kalau begitu permintaan saya harus dimampatkan agar lebih efisien.” Setelah berpikir sebentar, dia bilang, “Saya minta pulang kerumah saya dengan membawa uang dua juta dolar.” Permintaannya terangkum dalam satu kalimat, tetapi memiliki dua unsur permintaan. Ini karakter orang-orang yang berasal dari negara kapitalis yang selalu berpikir secara oportunitis.

Selanjutnya tiba giliran orang Indonesia. Kebetulan orang ini dari suku Jawa. Setelah berpikir lama akhirnya dia bilang, “Sepi sekali sekarang. Panggil kembali saja dua orang itu untuk menemani saya ngobrol!”

Dari cerita tersebut bisa kita ambil gambaran tentang karakter orang-orang dari berbagai negara. Orang Jerman umumnya efisien dan praktis, sedangkan orang Amerika selalu profit oriented. Lain halnya dengan orang Indonesia, terutama orang jawa, yang cenderung beranggapan ‘mangan gak mangan asal ngumpul’ atau ‘makan tidak makan asal bisa bersama’. Meskipun ini hanya sebuah lelucon, tapi bisa kita ambil hikmah bahwa seharusnya kita sebagai orang Indonesia juga memiliki semangat efektif dan efisien, semangat untuk mencari keuntungan dengan tidak mentabukan bahwa keuntungan itu sesuatu yang jelek.

Bagi Anda yang masih suka berlama-lama nongkrong dan ngobrol kesana kemari gak karuan, mulai deh dari sekarang untuk merubah kebiasaan ke arah yang lebih baik. Semoga bermanfaat.


Tuesday, July 10, 2007

KELEDAI

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam smur. Hewan malang tersebut menangis memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya…, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutupi-karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.

Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk dating dan membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah dan memasukkannya ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang atas apa yang dilihatnya.

Walaupun punggung terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor keatas punggung hewan itu, si keledai terus juga menggoncangkan badannya dan melangkah naik.

Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!


Pesan moral dari kisah ini :

Emang keledai adalah binatang yang terkenal blo'on.
Namun bila suatu ketika menemukan keledai masuk sumur, jangan ditimbun ya...
Ntar Anda kelihatan lebih blo'on daripada si keledai Hehehe...