Me and daughter

Akrab bersama Silda

2nd Anniversary STUCK

Let's go to #BribikComedy

Thursday, February 28, 2008

TAUKHAH ADNA BAWHA ....


Menuurt sbeauh penilitean di Cmabrigde Uinervtisy, tiadk meajndi malsaah bgaiamnaa uratun hruuf-hruuf di daalm seubah ktaa. Ynag pailng pnetnig adlaah leatk hruuf peratma dan terkahir itu beanr. Sisnaya daapt breatnakan smaa seakli dan kmau maish dpaat mebmaacnya tapna maaslah. Hal ini kaerna oatk maunisa tiadk mebmaca steiap huurf maisng-msaing, teatpi ktaa keesluurhan. Pecraya ngagk?





Monday, February 18, 2008

MENGAPA ANDA MENYEBUTNYA ODOL?


Sebagian orang mungkin sudah tahu bahwa ODOL sesungguhnya tidak bersinonim dengan pasta gigi. Odol sebenarnya adalah merek sebuah pasta gigi jaman dulu yang namanya sangat populer hingga menjadi nama generik dari pasta gigi. Sama seperti kita menyebut air mineral sebagai AQUA atau popok bayi sekali pakai dengan sebutan PAMPERS.

Pasta gigi merek odol ini bukan hanya menjadi nama generik saat produknya masih beredar tapi hingga saat orang-orang masih saja menyebut pasta gigi sebagai odol walaupun kenyataannya itu adalah sebuah merek. Kalau gak salah beredar di Indonesia tahun 1920-an. Aslinya berasal dari Jerman dan sampai sekarang merek Odol masih beredar disana.

Tidak mudah menjadikan sebuah merek menjadi luar biasa populer seperti Odol, Aqua, Pampers, atau Sanyo. Yang banyak menjadi pertanyaan adalah, mengapa dengan popularitas yang luar biasa hebat itu PT. Unilever Indonesia–produsen odol-justru menggantinya dengan Pepsodent?

Dari sudut pandang orang awam, mungkin keputusan menarik peredaran odol adalah sebuah tindakan paling ceroboh dan mencari mati. Tapi dari sudut pandang para pelaku pasar, tindakan itu mungkin merupakan tindakan yang sangat tepat.

Merek yang sukses mondominasi pasar bisa saja mengalami kerugian manakala produk tersebut justru berubah menjadi semacam label umum atau generik. Bisa saja orang mengatakan akan membeli odol, tapi sesungguhnya yang ada dalam pikirannya adalah merek lain dengan menyebutkannya Odol A, Odol B, atau Odol C.

Mungkin bagi perusahaan yang bersangkutan lebih penting menjadi pemimpin pasar daripada menjadi merek generik. Berdasarkan survey tahun 1999 saja, Pepsodent berhasil masuk 5 besar sebagai merek paling populer di Indonesia berdasarkan angka penjualannya. Jauh mengungguli pendahulunya, Odol.

Baru tahu kan kalau Odol ternyata sebuah merek pasta gigi?



Monday, February 4, 2008

SAMA-SAMA LUPA


Kira-kira sepuluh hari yang lalu, Anakku, Casilda menderita panas sangat tinggi.Takut terjadi apa-apa, kuperiksakan dia ke dokter sekalian cek darah. Ternyata hasilnya positif kena Typhus dan gejala Demam Berdarah. Gak ada pilihan lain selain nginep di Rumah Sakit. Untungnya, sang ibu kerja disana. Lumayan dapat sedikit potongan biaya berobat hehehe...

Butuh waktu lima hari agar kondisinya pulih. Untungnya ibu mertua mau cuti beberapa hari guna menunggui si cucu yang sedang sakit. Kejadian deh, The special one dan sang mertua bergantian nunggui si kecil yang sering bandel minta infusnya dicopot. Istri juga ikut-ikutan cuti pada 2 hari pertama mondok di Rumah sakit.

Setelah lima hari merasakan repot ngurus anak di RS, akhirnya kami diijinkan pulang dengan syarat, harus mau bawa obat. Gak masalah, pikirku. Satu-satunya hal yang paling ditakuti putriku adalah BADUT. Sama obat dia malah doyan banget. (Aneh ya anak jaman sekarang?)

Kemarin, obat itu sudah habis di embat dan harus cek kesehatan lagi di tempat praktek sang dokter. Di tempat praktek semua hal gak ada yang aneh. Dari mulai markir, ngantri, hingga diperiksa, semuanya biasa saja gak ada yang aneh. Saat di tempat parkir hendak pulang perasaanku kok gak enak yah...kayak ada yang aneh gitu. Sempet mrinding juga sih, jangan-jangan ada hantunya nih tempat praktek.


Aku cek sekali lagi. tas udah aku bawa. kunci kendaraan gak ketinggalan. Selendang dan selimut juga masih di bawa istriku. Oleh-oleh untuk ortu juga masih ada. Apa ya yang ketinggalan..? Lalu istri menyeletuk, “Mas..tadi udah bayar belom?” Waduh !! Mati aku !! masak belum bayar sih..malu-maluin aja!

Dengan tergopoh-gopoh istriku masuk lagi ke ruang pak dokter. Apa kata pak dokter? “Oh iya to...saya juga lupa, mbak”


Friday, February 1, 2008

LIGA INDONESIA : Liga payah !!

PSSI memang tidak punya wibawa sama sekali. hukuman 3 tahun tidak boleh memasuki seluruh stadion di Indonesia yang dijatuhkan terhadap Aremania tidak digubris sama sekali oleh Aremania, Kualitas kompetisi LIGA INDONESIA kembali dipertanyakan setelah diketahui ada dua tim yang seharusnya masuk empat besar justru tidak berhasil lolos. Bukan disebabkan karena kalah poin tapi justru disebabkan ketidak tegasan Komisi disiplin PSSI-lah yang menyebabkan kedua tim ini tidak lolos.Gimana to ini..?

PSMS Medan yang seharusnya tidak lolos justru melenggang ke senayan. Seharusnya Persiwa Wamena yang lebih berhak lolos setelah melihat kenyataan bahwa pada laga PERSIWA versus AREMA yang berkesudahan dengan skor(2-2),diketahui AREMA memainkan Alexander Pulalo yang terkena sanksi tidak boleh tampil pada pertandingan tersebut. Padahal Alex mendapat hukuman skorsing 2 kali pertandingan.

Hal ini memicu kubu PERSIWA mengajukan protes keras kepada Komisi Disiplin PSSI

Jika komisi disiplin konsisten dengan aturan yang mereka buat sendiri, maka seharusnya PERSIWA dinyatakan menang 3-0 atas AREMA dan berhak lolos ke semifinal karena selisih golnya lebih baik dari PSMS walau sama-sama memiliki poin 6.

Tim Macan Kemayoran, PERSIJA juga melakukan kecurangan serupa dengan memainkan Eugeny Khmaruk saat menang melawan Deltras (1-0) pada laga tanggal 19 Januari. Khmaruk saat laga tersebut seharusnya tidak boleh main karena mendapat sanksi 1 partai. Dengan aturan yang sama, PERSIJA harus dinyatakan kalah 0-3 dari Deltras.

Di hari yang sama, PERSIK juga melakukan pelanggaran serupa dengan memainkan Christian Gonzales saat melawan Persipura. Artinya Persipura harus dimenangkan dengan skor 3-0. Walau demikian, Persik masih berhak lolos ke semifinal menyingkirkan PERSIJA Jakarta.

Jadi komposisi tim-tim semifinalis seharusnya adalah : Persipura, Sriwijaya FC, Persik, dan Persiwa.

Entah apa yang ada di otak komisi disiplin PSSI. Mereka membuat aturan, tapi mereka sendiri yang melanggarnya. Kalau kompetisi saja tidak tertata dengan baik, bagaimana mau berprestasi?

Bener-bener lelah hati nonton sepak bola Indonesia.Payah !!